
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, membuka acara Breast Cancer Awareness Day The Hope Project
dan memberikan gambaran program pencegahan kanker payudara di Indonesia. Foto: Muhammad Zaki
Pada sekitar Maret lalu, Menteri PPN menyatakan, setidaknya ada empat penyakit yang menjadi beban pembiayaan BPJS terbesar. Penyakit-penyakit tersebut di antaranya, jantung, kanker, stroke, dan gagal ginjal.
"Dari data kami, kanker itu beban BPJS nomor 3 setelah stroke dan jantung. Dan itu, bebannya triliyunan rupiah," ungkap Menteri Kesehatan RI, Budi G. Sadikin, saat hadir sebagai pembuka acara Breast Cancer Awareness Day - The Hope Project: The More You Know The Less You Fear yang diadakan oleh Femina dan Estēe Lauder pada Sabtu (21/10/2023) di Sarinah, Jakarta.
Berangkat dari data tersebut, Kementerian Kesehatan RI semakin menguatkan program deteksi dini kanker khususnya kanker payudara sebagai kanker pembunuh nomor satu perempuan di Indonesia. Melansir dari laman Sehat Negeriku (Kementerian Kesehatan RI), data Globocan tahun 2020 menunjukkan, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus.
"Kanker itu cara mengatasi paling baik adalah dengan mengetahuinya sejak dini. Treatment-nya akan jauh lebih murah dan kualitas hidup penderita juga jauh lebih baik. Sementara jika ketahuan lebih lambat, itu biaya lebih mahal dan sangat menyiksa bagi penderita," jelas Budi yang mengaku bahwa kementerian yang dipimpinnya terus melakukan upaya memperbaiki layanan kesehatan terkait deteksi dini kanker payudara ini.
Dukungan Pemerintah dengan Alat USG dan Mamografi
Saat ini dari 514 kota/kabupaten, baru sekitar 147 kota/kabupaten yang mendapatkan bantuan mammografi dari pemerintah RI. Tentunya jumlah ini belum memadai. Namun, Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin menjanjikan untuk pengadaan alat-alat deteksi dini kanker, yang saat ini programnya tengah berjalan. Secara bertahap nantinya setiap faskes Puskesmas di seluruh Indonesia akan memiliki alat usg untuk mendeteksi dini kanker payudara. Sampai akhir tahun 2023 ini, sudah ada 10.000 puskesmas di seluruh Indonesia yang menerima mesin usg payudara."Kalau untuk mammografi karena ada dampak dari radiasi, butuh mempersiapkan dulu rumah sakit penerima fasilitas ini," ungkap Budi yang berharap 2 atau 3 tahun ke depan, semua kabupaten kota bisa melakukan deteksi dini dengan alat-alat paling tinggi keakurasiannya.
Menteri Budi G. Sadikin pun menitip pesan dalam sambutannya agar para wanita Indonesia, yang sudah terpapar informasi tentang kanker payudara dan deteksi dini bisa segera melakukan pemeriksaan. Tidak perlu cemas, karena dengan deteksi dini justru penanganannya akan semakin lebih baik.
Tentunya hal tersebut sejalan dengan tema yang diusung The HOPE Project yaitu The More You Know The Less You Fear. Harapannya dengan semakin banyaknya gerakan yang mengedukasi tentang deteksi dini kanker payudara, akan semakin banyak perempuan yang tergerak untuk melakukan deteksi dini.
Deteksi dengan Genomik
Dalam kesempatan yang sama, Menkes Budi juga menyinggung soal kemungkinan deteksi dini kanker bahkan jauh sebelum seseorang mulai bergejala. Seperti yang dilakukan oleh artis Hollywood, Angelina Jolie, yakni dengan memanfaatkan teknologi genomik yang saat ini sedang menjadi trend di global."Memang, untuk gold standar medis deteksi dini kanker payudara saat ini adalah dengan SADARI, SADANIS, USG Payudara dan mamografi. Namun di dunia, mulai diterapkan genomik untuk menilai risiko kanker payudara tergantung dari ras," ungkap Budi sambil sedikit memberikan bocoran bahwa kementeriannya juga tengah menjajaki kemungkinan kerja sama mengembangkan riset deteksi dini kanker dengan teknologi ini.
"Sekarang di Indonesia, saya minta rumah sakit kanker Dharmais untuk melakukan penelitian untuk risiko kanker payudara pada ras Asia. Ras Asia di Indonesia sendiri juga berbeda-beda. Misalnya di pulau Jawa, Aceh, hingga Papua (Melanesia). Itu semua harus kita lihat gen mana yang menyebabkan potensi paling tinggi breast cancer ini. Saya harapkan setahun bisa selesai sehingga bisa menjalankan deteksi dini lebih optimal," tegas Budi yang optimis layanan deteksi kanker dengan genomik ini akan terwujud karena Indonesia sendiri sudah memiliki alat-alat dan SDM yang siap dikelola.
"Saya rasa, orang Indonesia yang pintar-pintar juga semakin banyak dan sekarang tinggal butuh arahan saja agar bisa lebih cepat," tutupnya. (f)
Baca Juga:
Mengapa Oktober Diperingati Sebagai Bulan Kesadaran Kanker Payudara?
Menuju Indonesia Bebas Kanker Payudara Stadium Lanjut 2030
Imunoterapi, Harapan Baru Bagi Pasien Kanker
Laili Damayanti
Topic
#breastcancer, #kankerpayudara, #pitapink, #mammogram, #usgpayudara, #deteksidinikankerpayudara