
Dibuka oleh Menteri Kesehatan RI, Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU, acara Breast Cancer Awareness Day - The Hope Project: The More You Know The Less You Fear yang diadakan oleh Femina dan Estée Lauder Companies menjadi ajang sharing dan learning para wanita Indonesia tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara. Acara yang diadakan pada Sabtu, 21 Oktober lalu ini menghadirkan narasumber dari berbagai bidang terkait kampanye kesadaran untuk deteksi dini kanker payudara. Mulai dari para dokter, penggiat komunitas kanker payudara, psikolog, family constellation therapist, hingga makeup artist.
Sekitar 350 an peserta hadir mengikuti acara yang menggelar satu sesi seminar dan 3 kelas ini. Seluruh kegiatan ini dirancang untuk memberi edukasi pada para wanita mengenai kanker payudara dan pentingnya deteksi dini kanker payudara.
"Kampanye breast cancer awareness dengan simbol pink ribbon yang diinisiasi oleh Evelyn Lauder sejak tahun 1992 ini, bertujuan mengedukasi dan mendukung kemajuan serta kesehatan perempuan khususnya untuk deteksi dini kanker payudara," ungkap Monika Sugiharso, Country Manager Estée Lauder Companies Beauty Indonesia, dalam kata sambutannya.

Sejalan dengan Monika, distributor Estée Lauder Companies di Indonesia juga mengaku mendukung kampanye ini dengan menyediakan beberapa produk pilihan yang hasil penjualannya 100% akan didonasikan kepada Yayasan Daya Dara Indonesia atau Lovepink, untuk mendukung gerakan 10.000 USG Payudara secara gratis kepada perempuan Indonesia yang membutuhkan, serta riset medis untuk mewujudkan dunia bebas dari breast cancer.
"Kami letakkan produk untuk didonasikan hari ini juga di beberapa store dan retailer besar. Hasilnya untuk segala aktivitas dan perkembangan yang berhubungan dengan breast cancer awareness," tutur Mamiek Sri Utami, GM Sales Operation & Marketing Support PT. Pulau Mahoni.
Sejak berlangsung dari tahun 1992 hingga saat ini, Estée Lauder Companies telah mengumpulkan sekitar USD118 juta dan USD93 jutanya telah digunakan untuk melakukan riset medis demi menemukan penyembuh dari kanker payudara.
Sebagai media yang sudah lebih dari 50 tahun berkembang bersama perempuan Indonesia, Femina selalu mendukung kampanye breast cancer awareness. Dan tahun ini bersama Estée Lauder Companies dan Kementerian Kesehatan RI, Femina mengundang komunitas perempuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi terkait kanker payudara sehingga tidak lagi mejadi ragu untuk melakukan pemeriksaan dini kanker payudara. Seperti tagline acara The Hope Project, The More You Know, The Less You Fear.
"Hari ini kami mengadakan kelas-kelas dan seminar karena kami berharap para wanita akan teredukasi secara benar sehingga rasa takut memeriksakan diri untuk deteksi dini kanker payudara juga berkurang, dan terhindar dari risiko terburuk akibat kanker payudara," tegas Rubbini Kartohadiprodjo, CEO Prana Dinamika Sejahtera.

Menkes Budi G. Sadikin mengajak berbagai pihak untuk melakukan program kesadaran deteksi dini kanker payudara secara masif di Indonesia. Foto: Muhammad Zaki
Dukungan Pemerintah untuk Pasien Kanker Payudara
"Sembilan puluh persen kanker payudara sebenarnya bisa sembuh. Asal, ketahuan di stadium satu atau diketahui dini. Kalau terlambat, maka angka fatality-nya bisa mencapai sembilan puluh persen," jelas Menkes Budi. Kondisi inilah yang mendorong pemerintah RI melalui Kemenkes selalu mengajak masyarakat untuk melakukan Pemeriksaan Payudara secara Klinis atau disingkat SADANIS setidaknya setahun sekali di Puskesmas atau rumah sakit. Dalam pidato kuncinya, Budi juga mengingatkan para tenaga kesehatan untuk selalu memberikan edukasi ke masyakarat untuk melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri atau SADARI.
Lebih lanjut Budi juga mengungkap tentang perkembangan teknologi kesehatan untuk mendeteksi dini kanker payudara yang semakin maju. Salah satunya pemeriksaan genomik seperti yang dilakukan oleh artis Hollywood, Angelina Jolie. Pemeriksaan genomik difungsikan untuk mencari keberadaan gen BRCA-1 dan BRCA-2 yang sudah menjadi leading indicator untuk kasus kanker payudara dalam tubuh pasien. Umumnya, pemeriksaan jenis ini dilakukan setelah terdapat indikasi adanya satu atau lebih kasus kanker di dalam riwayat keluarga. Indonesia sendiri, menurut Budi, saat ini sudah memiliki sekitar 50 an mesin yang dapat dimanfaatkan dan sudah tersebar di seluruh pulau di Indonesia. "Nanti akan diperbanyak untuk hampir semua provinsi," harapnya.
Hingga saat ini menurut Budi, pemerintah melalui Kemenkes telah memiliki program untuk mendukung deteksi dini kanker payudara. "Tahun ini, pemerintah akan selesai mendistribusikan sepuluh ribu USG dengan probe linier (untuk USG payudara) ke sepuluh ribu faskes Puskesmas di sepuluh ribu kecamatan dan kelurahan," ujar Budi sembari menjelaskan bahwa fasilitas ini sudah dapat dinikmati masyarakat secara gratis sesuai ketentuan yang berlaku.
Sebelum menutup pidatonya, Kemenkes juga mengajak Estée Lauder Companies serta Femina untuk mendukung lebih banyak lagi program breast cancer awareness ini untuk mewujudkan edukasi secara masif dan juga menggalang dana untuk riset deteksi dini kanker payudara di Indonesia.

Kiri ke kanan: Nia Elvira (host), Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes, dr. Iskandar, Sp.B.(K) Onk, dr. Martha Iskandar, Sp.PD KHOM,
dan dr. Steven Octavianus, Sp.Onk.Rad. Foto: Muhammad Zaki
Memeriksakan Lebih Dini Lebih Baik
Belum lagi, saat mendengar deteksi kanker payudara secara klinis, baik dengan USG maupun mammogram, orang langsung takut akan risiko kehilangan payudara. "Padahal kalau diketahui dini, payudaranya tidak perlu dibuang semua. Cukup dilakukan breast conserving surgery atau hanya diambil isi payudaranya saja," terang dokter Iskandar.
Dalam kesempatan yang sama, dr. Martha Iskandar, Sp.PD KHOM, dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi medik dari Mayapada Hospital-Jakarta Selatan, mengatakan bahwa keberhasilan terapi kanker payudara sangat tergantung stadium saat ditemukan, baru kemudian tergantung kepatuhan menjalankan terapi, minum obat anti-hormonal, menjalani rangkaian pengobatan dan seterusnya. Sedangkan risiko terkena kanker payudara semakin meningkat seiring usia, di samping ada beberapa faktor lain yang juga berperan.
"Apabila seseorang dengan BRCA-1 (mutasi gen pencetus kanker yang diwariskan), maka ia akan memiliki faktor risiko kanker payudara sekitar delapan puluh lima persen selama hidupnya. Ini artinya, mereka wajib SADANIS paling tidak setahun sekali di usia 20 hingga 40 tahun dengan USG dan mammogram mulai usia 35 tahun ke atas," ujar Martha menjelaskan bahwa wanita dengan riwayat keluarga dengan kanker payudara perlu lebih waspada di usia lebih dini dibanding wanita tanpa riwayat kanker payudara dalam keluarga.
Sayangnya, masyarakat semakin takut terdeteksi kanker karena membayangkan pengobatan yang harus dijalani seperti kemoterapi maupun radioterapi. Untuk meluruskan stigma di masyarakat ini, dr. Steven Octavianus, Sp.Onk.Rad, dokter spesialis onkologi radiasi Mayapada Hospital-Tangerang menjelaskan tentang teknologi atau alat radioterapi yang sudah semakin canggih.
"Alat radioterapi yang sekarang sudah tidak seperti dulu yang hampir seluruh jaringan atau sel payudara itu kena. Yang sekarang, bisa dibentuk sehingga risiko bengkak pada lengan semakin berkurang," ujar Steven sambil menjelaskan tentang faktor-faktor keberhasilan radioterapi serta tip untuk mempersiapkan radioterapi bagi pasien yang tengah menjalani pengobatan.

Kiri ke kanan: Astri Prameswari, Elmo S. Hilyawan dan Widya S. Sari, M.Psi., Psikolog. Foto: Muhammad Zaki
Pentingnya Support System Bagi Pasien Kanker
Dalam sesi seminar panel kedua, berjudul The Hope Journey, menghadirkan para survivor dan caregiver dari komunitas Lovepink serta psikolog klinis dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK). Astri Prameswari, breast cancer survivor Lovepink, bercerita tentang pengalamannya ketika pertama kali mendengar vonis dokter dirinya mengidap kanker payudara. "Saya terdiagnosa kanker payudara dua kali. Yaitu pada tahun 2017 dan tahun 2019. Kalau ditanya, bagaimana perasaan saya. Nggak karuan, sih, ya," cerita Asri.
Beruntung, saat menjalani semua perawatan, Astri memiliki banyak orang yang men-support-nya melewati setiap proses. "Memang orang-orang di sekitar kita adalah semangat kita. Keluarga, teman-teman, rekan kerja, juga caregiver seperti yang ada di Lovepink. Buat survivor seperti saya, itu sangat berarti," ujar Astri sambil mengisahkan pergolakan dalam dirinya yang sempat terbersit pikiran jika usianya sudah tidak panjang lagi setelah didiagnosis dokter terkena kanker payudara.
Elmo S. Hilyawan, seorang penyiar dan presenter yang telah lama menjadi care giver juga membagi pengalamannyas elama ini mendampingi pasien kanker. Menurut Elmo, tidak semua orang bisa menjadi seorang caregiver, karena seorang caregiver perlu melepas atribut pribadinya dan masuk ke dalam cara pandang pasien, tanpa judgemental walaupun pendamping tidak setuju dengan pendapat pasien.
"Seorang caregiver harus bisa menjadi fasilitator yang membantu memfasilitasi layanan kesehatan bagi pasien. Ia juga harus lah seorang komunikator yang baik yang mampu menyampaikan informasi dengan efisien sesuai kebutuhan. Sekaligus motivator untuk memberikan dorongan semangat bagi pasien dan berpikiran positif," jelas Elmo yang sudah pengalaman menjadi caregiver bagi ayah, ayah mertua, ibu dan sepupunya, yang semua pasien kanker.
Berdasarkan pengalaman selama ini, menurut Elmo seorang care giver juga harus mengenal batas dirinya, merawat kondisi fisik dan mentalnya dengan baik, agar bisa berelasi dengan baik dengan pasien. Kerap kali, karena rasa tidak enak pada pasien, care giver justru menomor duakan kebutuhannya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya.
Hubungan simbiosis dari caregiver dengan warrior maupun survivor kanker, diakui Widya S. Sari, M.Psi., Psikolog, Psikolog Klinis Rumah Sakit Fatmawati dan Anggota IPK Indonesia tersebut, sangat penting. Menurutnya, motivasi manusia itu tentu ada naik turunnya dan masalah kanker payudara juga bukan hanya masalah diagnostik saja, namun masalah dinamika mental juga.
"Fokusnya adalah ketika kondisi mental maupun fisik pasien sedang turun, caregiver perlu mendukung warrior agar bisa naik lagi. Kalau pasien sedang merasa sulit, ia perlu merasa mampu agar bisa menjangkau bantuan," ungkap Widya sambil menjelaskan dari beberapa studi yang ia baca, semakin dekat hubungan caregiver dengan pasien, misalnya, caregiver merupakan pasangan, orang tua maupun anak pasien, maka kualitas hidup caregiver juga semakin rendah dan beban caregiving-nya semakin meningkat. Oleh karena itu, baik caregiver, survivor maupun warrior perlu saling memahami situasi dan kondisi yang tengah dihadapi.
Kelas kedua "Message From Your Breast" dipandu oleh Meilinda Sutanto dipenuhi tamu undangan yang ingin mengetahui cara mencintai diri sendiri dan menyelesaikan trauma generasi. Foto: Muhammad Zaki
Diakhir sesi konferensi, Meilinda Sutanto, family constellation therapist mengajak semua peserta untuk kembali mencintai diri sendiri lewat meditasi singkat selama kurang lebih sepuluh menit. Ruangan pun mendadak hening, hanya terdengar sayup-sayup alunan musik yang mengiringi meditasi para peserta sambil masing-masing memejamkan mata. Bersama Meilinda mengajak untuk mengolah napas, mengembalikan energi positf pada tubuh dan pikiran.
Selain konferensi yang berlangsung pada pagi hingga siang hari, para peserta juga dapat mengikuti tiga mini class yang berlangsung pada siang hingga sore hari. Kelas pertama adalah beauty class bersama Estée Lauder Companies dengan judul "Ready-to-Glow: Restore Healthy Complexion". MUA dari Estée Lauder, Frida, mengajak para peserta mengetahui step by step skin prep, cara memilih skincare yang tepat hingga mengaplikasikan makeup yang benar agar wajah nampak cerah, segar dan terhidrasi.
Di saat bersamaan, pada kelas berbeda yaitu kelas "Eat Right: Let Food be Your Medicine" persembahan Alodokter, dr. Patricia Amanda, M.Gizi, Sp GK, dokter spesialis gizi klinik berbagi pengetahuan nutrisi untuk penderita kanker payudara. Dokter Patricia menjelaskan jika penderita kanker payudara tidak harus menjauhi semua makanan hewani maupun daging-dagingan.
"Cukup mengikuti piramida makanan sesuai piramida pola makan sehat, yakni banyak sumber karbohidrat, sayur dan buah, juga mengonsumsi sumber protein seperti susu, daging, telur dan alternatif protein secukupnya, lalu membatasi konsumsi lemak, minyak, garam serta gula," terang Patricia sambil menjelaskan bahwa kebutuhan kalori pada penderita kanker sebenarnya meningkat, namun pola makan penderita kanker akan menghadapi masalah dampak psikologis dan pengobatan yang mengganggu proses dan kemampuan makan.
Di kelas terakhir "Message From Your Breast", Meilinda Sutanto kembali menjadi pembicara. Kali ini ia mengajak peserta merenungkan kembali akar permasalahan yang menjadi ganjalan dalam hidup. Menurut Meilinda, dengan mengetahui akar permasalahan sebenarnya, kita dapat mengurai banyak masalah yang selama ini membelit di kehidupan kita. "Setidaknya tanyakan pada diri sendiri minimal enam hingga delapan kali 'kenapa' . Maka Anda dapat menggali akar permasalahan sebenarnya yang terjadi," ungkap Meilinda. Tidak sedikit peserta di kelas terakhir ini yang menitikan air mata mereka ketika mengingat kembali apa yang terjadi di masa lalunya.
Salah seorang peserta bernama Rula, mengungkapkan kesannya saat mengikuti kelas Meilinda tersebut. "Kebetulan keluarga saya ada yang pernah terkena kanker. Saat dipilih menjadi role play di depan (panggung), benar-benar membuka mata. Selama ini saya terpuruk banget. At least, sekarang saya menjadi tahu harus berbuat apa setelah ini," ungkap Rula yang kemudian merasa lebih mantap meneruskan perannya sebagai caregiver setelah dibantu mengungkapkan ganjalan hatinya oleh Meilinda.
Sabtu itu, para peserta tidak hanya pulang dengan ilmu yang lebih lengkap tapi juga berbagai produk spronsor dari Estée Lauder, Terra, Havilla Tea, Slai Olai, Kopiko, Roma Sari Gandum, dan Crystalin. Sampai jumpa tahun depan (f)
Baca Juga:
Mengapa Oktober Diperingati Sebagai Bulan Kesadaran Kanker Payudara?
Menkes Budi G. Sadikin : Pencegahan Kanker Sudah Sampai Tahap Genomik
Ready to Glow : Restore Healthy Complexion
Topic
#feminaindonesia, #feminaxesteelauderthehopeproject, #breastcancerawareness, #TimeToEndBreastCancer, #breastcancerawareness, #breastcancer