Family
7 Keterampilan Sosial Penting untuk Anak

14 Aug 2022


Dok. Shutterstock
 

Ketika berbicara soal membekali dan mengasah keterampilan anak, jangan lupakan bekal keterampilan sosialnya. Anak yang memiliki keterampilan sosial yang baik, akan berkesempatan menikmati kehidupan bersama teman sebayanya dengan lebih berkualitas. Sebagai contoh, anak balita yang keterampilan sosialnya baik dapat mengurangi stres yang dirasakan saat ia harus berada di daycare.
 
Keterampilan sosial akan berjalan seiring waktu. Namun butuh usaha dan latihan agar keterampilan ini berkembang dengan baik. Tenang saja, ini bukan sesuatu yang 'menjadi bakat' sejak lahir. Anak yang pendiam pun tetap bisa memiliki keterampilan sosial yang baik.

Apa saja keterampilan sosial yang penting diberikan pada anak sejak kecil?

1/ Berbagi

Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Psychological Science mengungkapkan, anak usia 2 tahun sudah dapat memiliki keinginan berbagi dengan orang lain. Namun mereka hanya akan berbagi jika barang tersebut masih banyak jumlahnya.

Saat anak menginjak usia 3 hingga 6 tahun, ia mulai belajar kepemilikan. Di usia ini, anak akan menjadi sulit berbagi kue dengan teman sebayanya karena berpikir bahwa kue kesukaannya akan berkurang. Akan tetapi tidak semua anak demikian. Ada pula anak yang sudah siap mengembangkan kemampuan berbagi, seperti berbagi mainan karena ia lebih suka dengan mainan yang lain, dan seterusnya.

Kemudian ketika anak berusia 7 atau 8 tahun, ia akan lebih menyoroti soal keadilan dan belajar berbagi yang sebenarnya. Saat inilah orang tua bisa mengajarinya bahwa berbagi bisa mendatangkan kebahagiaan bagi diri sendiri juga.  

CARA MELATIHNYA: 
Beri anak pujian atau apresiasi jika ia mau berbagi dengan orang lain. Jika anak sulit berbagi, ajaklah anak melihat contoh berbagi dari orang lain atau orang tuanya. Lalu, beritahukan padanya bahwa orang yang berbagi juga bisa mendapatkan kebahagiaan dengan melihat ekspresi bahagia orang lain. Namun patut diingat, orang tua tidak boleh memaksa anak untuk berbagi, karena ini bisa mencederai rasa percaya dirinya. Biarkan anak melakukan sesuai apa yang sudah dipahaminya.
 

2/ Bekerja sama

Bekerja sama adalah dua kata yang disatukan dan kemudian memiliki makna lebih dalam; bekerja bersama-sama demi mencapai tujuan bersama. Anak-anak perlu belajar bahwa pada suatu saat ia akan memerlukan orang lain untuk mencapai keinginan secara bersama-sama. Kemampuan anak bekerja sama akan membuat orang lain lebih menghargai apa yang diusahakan.

Keterampilan bekerja sama ini sangat penting bagi anak di masa mendatang, karena ia juga menjadi lebih mudah diterima dalam kelompok. Lebih jauh lagi, kemampuan bekerja sama juga menjadi modal  penting anak kelak di masa depan, ketika ia mulai memasuki dunia kerja.

Saat anak berusia 3,5 tahun, anak bisa belajar bekerja sama dengan teman-temannya. Misalnya, membangun rumah dari balok bersama-sama, bermain peran bersama, atau berolahraga bersama.  Bekerja sama juga mengajarkan anak soal struktur kerja organisasi secara sederhana. Ada saatnya anak memimpin dan mengarahkan, ada pula saat ia harus menerima perintah.

CARA MELATIHNYA:
Bisa dimulai sejak di rumah bersama orang tua. Ajaklah anak sesekali mengatur meja makan, membantu orang tua memasak, atau membereskan mainan bersama-sama.
 

3/ Mendengarkan

Mendengarkan bukan berarti hanya diam dan menatap seseorang yang tengah berbicara. Mendengarkan harus dimaknai sebagai kegiatan menyerap apa yang tengah diutarakan orang lain. Keterampilan sosial yang satu ini adalah dasar komunikasi sehat yang dipelajari anak sejak dini. Selain itu, keterampilan mendengarkan juga akan sangat berguna saat anak masuk sekolah nanti. Di mana anak harus belajar mengelola konsentrasi untuk mendengarkan Guru berbicara di kelas.

Selain manfaat di atas, mendengarkan juga bermanfaat untuk mengembangkan rasa empati anak. Anak-anak yang tidak bisa menunjukkan rasa peduli, welas asih, maupun sulit mendukung orang lain, umumnya diawali dengan kurangnya keterampilan mendengar. Kemampuan mendengar ini juga sangat menentukan relasi anak dengan orang-orang penting dalam hidupnya saat dewasa nanti, seperti atasan, pasangan, teman, dan seterusnya.

CARA MELATIHNYA:
Mengasah keterampilan mendengar bisa dilakukan dengan kerap menanyakan anak apa yang ia ketahui dari apa yang ia lakukan. Misalnya, setelah anak membaca buku, mendengarkan lagu, atau melihat YouTube, tanyakan padanya "Coba ceritakan ke ibu, apa yang kamu baca/ dengar/ tonton tadi?" 

Hindari menkritik anak yang sedikit lupa atau tidak menangkap seluruh bacaan, rekaman, atau tontonan yang sedang ia ceritakan ulang.  Lebih baik pancing anak untuk mengingat, atau bisa juga orang tua bisa melengkapi cerita anak jika memang mengetahui bagian yang dilupakan. Ingatkan juga pada anak untuk tidak mengkritik anak lain yang di posisi sama, tidak bisa mengingat selengkapnya apa yang baru dikerjakan.
 

4/ Mengikuti petunjuk

Anak yang kesulitan mengikuti perintah sejak awal hingga beranjak besar akan menghadapi banyak kesulitan. Anak-anak bisa saja kesulitan menerjemahkan perintah tugas rumah sekolahnya, sering dianggap anak nakal, dan seterusnya. Ujung-ujungnya, anak akan mendapat banyak masalah jika kekurangan keterampilan ini. Padahal latihan mengikuti perintah bisa dimulai sejak anak masih belum bersekolah. Salah satu latihan termudah adalah mengikuti perintah orang tua untuk membereskan mainan usai digunakan.
 
CARA MELATIHNYA:
Beri pujian atau berterima kasih padanya saat ia melakukan sesuai perintah. Misalnya, katakan "Terima kasih ya, sudah mematikan televisi setelah acara kesukaanmu selesai."

Jika anak masih saja sulit mengikuti perintah, latih anak dengan perintah sederhana seperti "Tolong ambilkan sendok, kasih ke ibu, sini." Jangan lupa beri pujian setelah ia berhasil melakukannya.
 

5/ Menghormati batasan personal

Belajar batasan personal adalah dasar dari anak belajar soal sopan santun kelak kemudian hari. Keterampilan ini sangat penting karena berkaitan dengan penerimaan orang lain terhadap dirinya. Walaupun ia masih kanak-kanak, jika anak terkesan tidak tahu aturan, maka orang lain akan menjauh darinya. Beritahu anak apa yang orang lain rasakan jika kita melanggar batas-batas personal. Jelaskan sesuai dengan kemampuan di usianya serta beri contoh yang dekat dengan keseharian anak. 

CARA MELATIHNYA:
Melatih anak memahami batas personal bisa dimulai dari jarak berbicara dengan orang lain. Jelaskan mengapa berbicara terlalu dekat atau terlalu jauh dan berteriak, bisa membuat orang lain tidak nyaman. Selain belajar soal jarak sosial, anak juga perlu memahami mengapa kita perlu mengetuk pintu dulu sebelum masuk ke kamar orang lain meskipun keluarga sendiri.
 

6/ Berkontak mata

Kontak mata juga merupakan keterampilan sosial penting yang perlu dikuasai anak. Mengapa? Kontak mata memungkinkan kita membaca reaksi orang lain saat kita mengatakan sesuatu yang baik ataupun buruk. Selain itu, pada beberapa budaya, berbicara tanpa menatap mata dianggap sebagai sikap yang tidak sopan. Anak yang sulit berkontak mata, bisa disebabkan ia malu atau gugup. Selalu ingatkan dengan lembut agar anak menatap mata orang lain saat berbicara.
 
CARA MELATIHNYA:
Ajak anak menatap mata jika ia berbicara dan orang lain (atau orang tua). Lalu beri ia pengalaman, saat anak berbicara dan orang tua tidak melihat ke arahnya. Jelaskan mengapa orang akan merasa diabaikan ketika ia tidak menatap mata orang yang diajak berbicara saat mengutarakan sesuatu.
Cara lain, bisa dengan mengajak anak bercerita sambil berusaha tetap berkontak mata saat berbicara. Tanyakan padanya, apa beda yang dirasakan saat berkontak mata dan tidak.
 

7/ Sopan santun

Belajar mengucapkan "Terima kasih" "Maaf" dan "Tolong" akan selalu menjadi keterampilan sosial dasar yang penting dimiliki anak. Jika anak mampu belajar dan menerapkan, orang lain akan memperlakukannya lebih baik.

CARA MELATIHNYA:
Bisa dengan menunjukkan contohnya terlebih dulu kepada anak. Misalnya, membiasakan 3 kata ajaib tersebut dalam keseharian di rumah. Lalu, ajak anak mengikuti kebiasaan baik orang tua tersebut sesekali waktu. (f)


Artikel ini juga tayang di www.parenting.co.id


Baca juga:
5 Kiat Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi Anak di Masa Liburan
Kenapa Film Tontonan Anak Harus Sesuai Usia?
Menjadi Orang tua Itu Menyenangkan Tapi Lebih Lelah dari Perkiraan, Ini Alasannya


Topic

#family, #socialskill, #parenting

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?