Foto: Pexels
Temuan ini telah diterbitkan dalam jurnal The Lancet Planetary Health bulan Februari tahun 2024 ini, yang didasarkan hasil penelitian terhadap 56.595 kelahiran prematur dalam setahun di Amerika Serikat.
Phtalate Biang Keladi Kelahiran Prematur
Phthalate, khususnya jenis DHEP (Di-ethylhexyl phthalate), selama ini diketahui berdampak pada fungsi hormonal yang dapat memengaruhi proses dalam tubuh manusia. Namun, bahan ini kerap digunakan dalam produk plastik untuk menambah fleksibilitas produk, di antaranya dalam produk pelapis furnitur, kemasan kosmetik, wadah makanan, mainan anak, sampo, sabun, deterjen, dan masih banyak lagi.
"Kami meyakini, kelahiran prematur sangat terkait dengan phtalate, apalagi semakin banyak bukti bahwa bahan kimia ini menimbulkan bahaya serius bagi kesehatan manusia," ungkap Leonardo Trusande, MD, ketua tim peneliti yang juga Profesor Ilmu Kesehatan Anak di NYU Grossman School of Medicine.
Langone juga menjelaskan bahwa peneliti mencurigai phtalate sebagai penyebab terjadinya kelahiran prematur yang mencapai angka 10% dari total kelahiran per tahun di Amerika. Hal ini disebabkan bahan kimia phtalate dapat memicu inflamasi, stres oksidatif, dan gangguan endokrin yang berisiko menyebabkan komplikasi pada kehamilan juga plasenta.
Didukung dengan temuan kandungan phtalate dalam urine para ibu hamil yang setara dengan kandungan phtalate dalam urine wanita usia subur (dari penelitian sebelumnya), peneliti kemudian mengambil kesimpulan bahwa bahan kimia ini wajib menjadi 'perhatian serius' bagi pemerintah.
Peneliti juga mengingatkan produsen kemasan makanan dan juga kemasan plastik yang terkait dengan ibu hamil dan wanita usia subur, untuk menggunakan bahan alternatif atau mempertimbangkan penggunaan phtalate dalam produk mereka.
DINCH Sebagai Alternatif Pengganti Phtalate?
Tak berhenti sekadar menemukan penyebab gangguan kehamilan dan kesuburan pada wanita akibat phtalate, tim peneliti juga meneliti bahan alternatif pengganti phtalate yakni DINCH (di(isononyl)cyclohexane-1,2-dicarboxylate) dan dampaknya pada 100 orang wanita hamil sejak tahun 2011 hingga 2014.
Saat peneliti mengomparasi kandungan phtalate dengan DINCH, dalam urine wanita hamil, ternyata walau terdapat DINCH dalam urine mereka namun tidak ada bukti bahan ini berdampak terhadap hormon progesteron dan estrogen. Peneliti juga menyimpulkan bahwa kadar DINCH dalam urine wanita hamil relatif rendah dibanding phtalate. Salah satu alasan DINCH tidak berdampak pada sistem tubuh manusia, karena DINCH akan terurai dalam tubuh manusia dan menjadi bahan bernama metabolit yang relatif mudah dikeluarkan melalui urine.
DINCH sendiri sebenarnya sudah banyak digunakan oleh industri alat kesehatan, mainan dan kemasan makanan sejak tahun 2002.
Baca juga:
4 Resolusi Sehat untuk Awali Tahun Baru
6 Tanda Anda Berada dalam Hubungan yang Toxic, Jangan Terjebak!
Laili Damayanti
Topic
#phtalate, #bahanplastikberbahaya, #kelahiranprematur, #infertilitas