Money
Apakah Investasi Saham Bisa Tetap Cuan di Tengah Resesi Global?

9 Aug 2022

invests saham di masa resesi
Foto: Shutterstock


Belum benar-benar pulih akibat pandemi COVID-19. invasi Rusia pada Ukraina yang berlangsung sejak awal tahun ini semakin memberikan tekanan besar pada perekonomian dunia. Resesi pun tak bisa terelakan lagi. 

Bank Dunia mengatakan ancaman resesi ekonomi global sudah di depan mata dan sulit dihindari negara-negara di dunia. Bahkan negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, bahkan Jepang diprediksi akan terseret resesi akibat inflasi yang terus meningkat.

Dalam laporan Global Economic Prospect June 2022 (GEP), Bank Dunia, seperti dikutip dari cnnindonesia.com, Bank Dunia menyebutkan tekanan inflasi yang begitu tinggi di banyak negara tak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, hingga mendorong pada jurang resesi. 

Untuk diketahui, resesi adalah situasi yang terjadi ketika produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi suatu negara mengalami negatif selama dua kuartal berturut-turut. Jika pada Kuartal berikutnya ekonomi tetap negatif, maka resesi berlanjut. Sebuah negara dikatakan berhasil keluar dari resesi ketika ekonominya tumbuh positif kembali. 

Tentunya resesi yang dialami negara-negara besar akan memberikan dampak pada Indonesia, terutama dalam hal ekspor. Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, ketika negara tujuan ekspor Indonesia melemah, maka permintaan terhadap ekspor pasti menurun, harga komoditas juga turun. 

Bagaimana resesi di Indonesia? Dalam survei Bloomberg (06/07/2022), Indonesia menjadi satu di antara sedikit negara di Asia yang dianggap memiliki probabilitas sangat kecil untuk mengalami resesi. 

Hasil survei yang sama menunjukkan bahwa probabilitas resesi di banyak negara Asia mengalami peningkatan, meski masih lebih kecil dibanding Amerika Serikat dan Eropa (rata-rata 40-55%). 

Dengan kondisi tersebut, seperti ikutip dari laman fiskal.kemenkeu.go.id, Indonesia memiliki daya tahan ekonomi yang cukup kuat. Tingkat inflasi yang moderat dan keseimbangan eksternal ekonomi yang sehat juga menopang kekuatan ekonomi Indonesia di tengah meningkatnya tantangan ekonomi global. Tingkat inflasi Indonesia pada Juni 2022 adaalhs ebesar 4,4% (yoy), salah satu yang paling moderat diantara negara G20 dan ASEAN-6. 

Meski demikian, Mneteri Keuangan Sri Mulyani, tetap mengingatkan untuk tidak jumawa dan tetap mempelajari risiko-risiko yang timbul dari resesi global. 

Investasi Saham Aman di Masa Resesi

Lantas bagaimana dengan pasar investasi? Co-Founder Ternak Uang, Timothy Ronald menilai bahwa iklim investasi di pasar modal, termasuk saham, masih berpotensi menghasilkan keuntungan, meski ada tantangan resesi global. Ia menilai di masa resesi ini, masih ada beberapa sektor yang masih 'seksi' untuk dijadikan sebagai ladang penghasil cuan.

Ia pun mengajak para investor, khususnya generasi muda, agar tidak takut untuk berinvestasi. Hanya saja, Timothy mengingatkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih saham di masa resesi. Berikut ini cara memilih saham di masa resesi agar investasi masih bisa menghasilkan cuan.

1/ Batasi portfolio saham
Dalam berinvestasi saham, kata Timothy, ia biasanya hanya menaruh di 1 atau 2 portfolio saham, karena jika terlalu banyak, maka akan lebih sulit untuk mengelolanya. "Meski portfolionya sedikit, pilih saham-saham yang profitable dan risiko kerugiannya asimetris atau kecil," terangnya.

2/ Pelajari Bisnis Makronya 
Timothy menyarankan untuk menggunakan top to down analysis, yaitu menganalisis dari sektor makronya dulu. Artinya dari hulu ke hilir. Hal ini diperlukan agar investor mengetahui seluk beluk saham yang akan dipilih.

"Setelah dipahami, cari relevansi industrinya karena akan memudahkan dalam mencari potensi cuan, misalnya di sektor energi, utamanya batu bara dan minyak. Kenapa pilih emiten dari sektor energi? Karena itu komoditas mahal saat ini, sehingga potensi cuan lebih besar," imbuhnya.

3/ Jangan Ragu atau Takut
Jika sudah bisa menganalisis dari hulu ke hilir, pastikan juga Anda memiliki gambaran perusahaannya. Setelah itu, jangan takut untuk berinvestasi. Timothy menyarankan memilih perusahaan kecil atau yang baru IPO karena peluang cuan lebih banyak. 

”Pilih (saham) yang kecil-kecil saja. Selain harganya murah, potensi cuannya lebih banyak kalau perusahaannya membesar," katanya.

4/ Pakai Ilmu Bandarmology
Bandarmology adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana orang-orang menggunakan pergerakan bandar saham guna mengetahui pergerakan harga saham dalam waktu dekat. Contoh real-nya ada di saham GoTo.

"Dulu harga saham GoTo sempat anjlok ke angka Rp 200 per lembar saham, strategi bandarmology masih bisa mengerek harganya ke nilai yang stabil, sekitar 380 per lembar saham. Itu pakai bandarmology," ungkapnya.

5/ Batasi Alokasi Investasi
Karena masa resesi penuh dengan ketidakpastian, Timothy menyarankan bahwa takaran investasi di pasar modal hanya 20-30 persen dari total kekayaan yang kita punya. Data dari Center of Reform on Economics (CORE) mencatat, inflasi di Indonesia akan mencapai 6 persen pada akhir tahun ini. Itu berarti, risiko di masa resesi semakin besar. Jadi, batasi limit nilai investasi untuk meminimalisir risiko. (f) 



Baca Juga: 
Mulai Investasi Emas, Pilih yang Fisik atau Digital?
Sebelum Mulai, Ini Prinsip Dasar Berinvestasi yang Wajib Diketahui
Mengenal Reksa Dana Pasar Uang, Diminati di Masa Pandemi
 


Faunda Liswijayanti


Topic

#resesi, #investasi, #saham

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?