Profile
Dian Oerip: “Panggil Saya ‘Mbois Designer’”

1 Jun 2022

Dian Oerip
Foto: dok. Dian Oerip
 
Indonesia Fashion Week 2022 yang baru lalu diwarnai dengan hadirnya seorang desainer dari kota Ngawi, Jawa Timur, bernama Dian Oerip. Koleksi yang ditampilkannya bertajuk Nusawastra, sangat kental nuansa etnik, kaya akan perpaduan beragam wastra terutama kain tenun berpewarna alam dari berbagai daerah di Indonesia.
 
Sebenarnya, Dian bukan desainer baru, karena sudah 13 tahun malang melintang di dunia fashion. Namanya berkibar di kalangan pencinta wastra Nusantara, khususnya kain tenun.
 
Indonesia Fashion Week 2022. Foto: dok. Dian Oerip
 
Tiap hari selama pandemi, Dian menggelar live shopping di akun Instagram-nya, @dian_oerip. Dan, tiap live shopping selalu terasa ‘heboh’, diwarnai audiens berebut karya-karyanya. Tidak hanya yang berharga ratusan ribu rupiah, busana-busana berharga jutaan rupiah pun dengan cepat terjual.
 
Siapa sebenarnya Dian Oerip, pendiri dan desainer jenama Oerip Indonesia ini?
 
Pengelana yang Jatuh Cinta pada Wastra Nusantara
Semua berawal dari hobi traveling dan memotret. Perempuan bernama lengkap Dian Erra Kumalasari (39) ini menemukan kecintaannya pada wastra atau kain-kain Nusantara dalam perjalanannya menjelajahi berbagai daerah di Indonesia. Jawa, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Papua, hanya beberapa dari sekian banyak tanah yang telah dijejaknya.

Foto: Dok. Dian Oerip
Foto: dok. Dian Oerip 
 
Kecintaannya pada kain-kain itu memunculkan ide untuk menciptakan busana. Sebenarnya, lulusan teknik kimia Universitas Diponegoro, Semarang, ini tidak memiliki latar belakang fashion atau keterampilan menjahit. Toh, ia nekat membeli peralatan jahit untuk mewujudkan impiannya. Kain yang pertama diolahnya adalah batik, dengan potongan sederhana. “Saya nggak bisa menjahit, otodidak saja, dan baju yang saya buat no cutting, lebih menonjolkan motif kain. Lalu saya posting karya saya di facebook, eh, kok, banyak yang suka,” kata Dian.
 
Kritik dan saran dari teman-teman yang membeli baju buatannya pun berdatangan, terutama soal jahitan yang belum rapi. Tidak surut langkah, ia bahkan kemudian mengembangkan jenama Dian Oerip Batik.
 
Hingga suatu hari ia traveling ke Ende, Nusa Tenggara Timur, dan mulai jatuh cinta pada kain tenun. “Kain tenun ternyata saya banget, lebih ‘rebel’, lebih kuat. Akhirnya saya ‘main’ tenun,” kata Dian, yang memutuskan berhenti kerja kantoran dan fokus pada dunia fashion.
 
Selain kepincut keindahan tenunnya, Ende membuatnya menemukan jati diri atau DNA karya-karyanya. Di kota ini Bung Karno mendapat inspirasi dan gagasan mengenai kebhinekaan dan kebangsaan, khususnya dalam merumuskan Pancasila. “Filosofi karya saya pun meski berbeda, tetap indah. Saya menggabung-gabungkan wastra menjadi sepotong baju. Ini juga menunjukkan bahwa kita kaya akan kain,” ungkap ibu 1 anak ini.
 
Lewat rasa, Dian memadukan beberapa wastra menjadi sepotong gaun cantik. Foto: dok. Dian Oerip Lewat rasa, Dian memadukan beberapa wastra menjadi sepotong gaun cantik. Foto: dok. Dian Oerip
 
Semakin berkembang, tahun 2013, karya Dian dilirik penggemarnya di Amerika Serikat, yang mengajaknya fashion show di sana. Seorang diri, di tahun 2014 ia terbang ke AS. Di sana ia mengerjakan semuanya sendiri, dari mendandani 40 model hingga jadi juru foto. Kehadirannya di AS ditangkap oleh VOA, sehingga ia mendapat kesempatan wawancara. Setelah sukses di AS, gantian penggemar di Eropa memanggilnya.
 
Dian terus melaju dengan baju-baju yang memadukan beragam tenun dengan potongan sederhana dan unik. Kala itu ia masih tinggal di Bekasi, dan sudah memiliki 2 orang penjahit. Namun, seolah ada kegelisahan dalam dirinya untuk lebih bebas berkarya. “Akhirnya saya memberanikan diri pulang ke Ngawi di tahun 2018. Saya ingin merdeka berkarya di tanah kelahiran, sekaligus ingin mengembangkan Ngawi. Benar saja, Oerip Indonesia makin berkembang. Di Ngawi, saya bisa mendirikan museum wastra dan rumah produksi yang membantu ibu-ibu untuk mendapatkan penghasilan. Jika dulu saya punya 2 karyawan, sekarang ada 50 karyawan di workshop saya,” tuturnya.
 
Selain itu, sudah ada 3 pengembangan bisnis yang dilakukan Dian. Yang pertama adalah jenama Oerip Urup, yang mengeluarkan produk aksesori dari bahan perca tenun, kedua adalah Dee, yang memproduksi produk-produk kebersihan berbahan alami, seperti sabun cuci untuk kain tenun dan hand sanitizer, dan terakhir adalah Oerip Apparel yang mengeluarkan T-shirt bergambar peta Indonesia dan tenun.
 
Sarat Story Telling
Museum Oerip Indonesia adalah rumah bagi sekitar 500 kain tenun langka dan lawas, yang didapat Dian dalam perjalanannya keliling Indonesia, di antaranya adalah kain-kain dari keluarga raja. Dalam perjalanan itu, ia merasa semesta selalu menuntunnya bertemu kain-kain tenun terbaik.
 
Hubungan Dian dengan penenun-penenun pun penuh kekeluargaan. Saat ini ia juga sudah mendirikan yayasan untuk membantu penenun, termasuk mendukung penenun-penenun muda.
 
 
IFW 2022. Foto: dok. Dian Oerip
 
Perjalanan panjang menemukan kain-kain tenun indah, kisah-kisah kain itu sendiri, dan bagaimana Dian menjalin ikatan batin serta kekeluargaan dengan banyak penenun menjadi ‘nyawa’ bagi karya-karyanya yang penuh cerita. Hal inilah yang menjadi keunikan karyanya dan diburu penggemarnya. Di tiap live shopping, Dian tidak hanya menghadirkan karya-karya terbaru yang one of a kind (tidak ada yang sama), tapi juga berkisah tentang kain-kain tenun, asalnya, proses pewarnaannya, hingga terkadang siapa penenunnya.
 
Memang, tidak semua karyanya menggunakan kain langka yang sarat cerita dan tergolong tinggi harganya. Ia mengelompokkan karya-karyanya ke dalam 3 kategori koleksi: Irit, Premium, dan Masterpiece. Koleksi Irit yang dijual mulai harga 200 ribu rupiah (di bawah 1 juta rupiah) menggunakan kain-kain tenun seperti lurik, tenun Jepara, tenun endek, namun diberi detail atau aplikasi dari kain-kain lawas atau yang bernilai lebih tinggi.
 
Sementara, koleksi Premium di harga 2-5 juta rupiah, sudah mulai menggunakan kain-kain tenun yang harganya lebih mahal, banyak di antaranya dengan proses pewarnaan alam, bisa kain baru maupun lawas. Koleksi paling ‘top’ adalah Masterpiece, dari harga 6-7 juta rupiah hingga 25 juta rupiah, menggunakan kain-kain yang bernilai tinggi, karena untuk mendapatkannya tidak gampang dan selalu memiliki kisah. Misalnya, satu Masterpiece terjual di harga 25 juta rupiah di acara live beberapa waktu lalu adalah dari kain tenun Lampung motif kapal yang langka, yang dibuat untuk gubernur Lampung pertama, dipadu dengan kain Dayak yang digunakan penari sepuh serta kain yang ditenun oleh putri kraton Sumba.
 
Karya premium Dian OeripFoto: dok. Dian Oerip
 
“Saya ingin merangkul semua pasar. Kemampuan orang beda-beda, saya menghargai itu. Belum mampu beli yang Premium, tapi ingin punya koleksi Dian Oerip, bisa membeli koleksi Irit. Justru itu titik mengenalkan wastra. Mungkin mahasiswa uang sakunya paspasan, beli Irit, yang harga 200 ribuan. Dari situ dia akan merasa keren pakai kain tenun. Nanti di kemudian hari sudah bekerja, dia bisa membeli yang Premium,” kata Dian.
 
Karena itu, segmennya sangat luas. Dari mahasiswa, pedagang, ibu rumah tangga, pejabat, sampai profesional. “Jadi, bagi saya, siapa pun akhirnya akan menjadi Oerip Lovers,” cetus Dian.
 
Foto: dok. Dian Oerip
 
Menciptakan pakaian untuk siapa pun dan keren dikenakan untuk momen apa pun adalah satu bentuk kebebasan yang diusung Dian. Dalam display koleksinya di media sosial atau website pun, ia menggunakan orang-orang biasa sebagai model. Karyanya menjadi lebih real, membumi, dan ‘egaliter’, dengan garis desain sederhana, loose, minim potong atau buang bahan, dan kaya akan paduan wastra. Bisa saja kain Sumba ketemu Ulos, kain Futus Amanuban dikawinkan dengan Dayak Iban dan Maumere, dan masih banyak lagi. Terkesan bebas, berjiwa memberontak, unik, dan penuh kejutan. Ia menyebut karya-karyanya ‘mbois’, istilah Jawa Timur, yang artinya keren, cool, tidak feminin. Bahkan ia menyebut dirinya ‘Mbois Designer’.
 
Dahsyatnya ‘Oerip Lovers’ 
Kondisi pandemi saat ini ternyata justru membuat karya-karyanya makin laris. Penjualan meningkat, omzet melesat tinggi hingga tiga kali lipat. Semua berkat optimalisasi teknologi digital di saat semua serba dibatasi. Dian mulai menggelar live shopping lewat Instagram saat pandemi. Ternyata, follower-nya sangat antusias. Mereka inilah yang dengan bangga disebut sebagai Oerip Lovers. “Ini strategi kami bertahan di tengah pandemi, to develop Oerip Lovers melalui IG live shopping, membuat sesuatu yang menarik untuk penjualan. Selalu inovatif, mencari ide-ide baru dalam penjualan dan karya,” ungkap Dian.
 
Foto: dok. Dian Oerip
 
Tidak sedikit Oerip Lovers yang benar-benar die hard, tidak mau ketinggalan koleksi terbaru, sehingga tiap hari membeli dan memborong lewat live shopping. “Saya sangat mengapresiasi Oerip Lovers. Oerip Indonesia besar karena Oerip Lovers. Tanpa mereka, bisnisnya nggak bisa jalan. Dan, bukan hanya cinta karya saya, mereka juga suka kisah perjalanan saya,” kata Dian, yang mengungkap sekitar 70-80 potong baju terjual dalam 1 kali live shopping.
 
Antusiasme dan rebutan karya terbaru tidak hanya terjadi saat live shopping reguler. Suatu hari, Dian live saat sedang memotong kain-kain tenun. Ternyata follower-nya senang melihat proses kreatif dari sepotong kain tenun hingga menjadi satu pakaian yang siap dijahit. Tidak diduga, banyak yang mau langsung membeli. Akhirnya, dalam beberapa kesempatan, Dian live memotong kain, dan karya-karya setengah jadi itu bisa langsung dipesan.
   
Selama pandemi ini, setidaknya Dian sudah beberapa kali ikut pameran di beberapa kota, seperti Yogya, Surabaya, Bandung, dan Jakarta. Ia juga hadir di pameran-pameran besar seperti Adi Wastra dan Inacraft. Pameran akhirnya menjadi ajang pertemuan langsung Dian dengan para Oerip Lovers. “Mereka aset yang luar biasa, selain para penenun dan karyawan saya,” kata Dian.
 
Dukung Penenun, Lestarikan Budaya
Traveling masih menjadi passion Dian. Belakangan, perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia itu dilakukan bukan hanya untuk mendapatkan kain-kain tenun untuk karya-karyanya atau menambah koleksi museum. Namun, ada satu misi mulia yang dibawanya: membantu penenun menjual kain-kain mereka. “Selama pandemi, nyaris tidak ada orang datang dan membeli kain tenun mereka. Mereka terancam tidak bisa menenun, karena tidak ada uang untuk membeli benang. Saya tergerak untuk datang ke sana, apalagi ketika di Kupang terjadi angin puting beliung yang menghancurkan banyak rumah penduduk,” ungkapnya.
 
Oerip Indonesia Memboemi di Eropa, Mei 2022. Foto: dok. Dian Oerip

Dian menggelar live shopping kain-kain tenun di beberapa desa dan komunitas penenun yang dia datangi. Lagi-lagi, dengan kekuatan Dian dalam menganyam cerita di balik sehelai kain, Oerip Lovers memborong kain-kain itu. Dalam 3 hari, 8000 lembar kain terjual. Dari Kupang, dia beranjak ke Alor. “Semua bersorak, karena selama 6 bulan tidak ada 1 sarung pun yang dibeli (laku). Tapi ketika saya bantu menjualkannya lewat Instagram, dalam 2 jam, 1 penenun bisa dapat omzet 80 juta rupiah,” kata Dian.
 
Setelah NTT, tidak lama kemudian ia menjelajah pelosok Kalimantan, melakukan hal yang sama, berburu kain sekaligus membantu penenun berjualan. Lagi-lagi antusiasme Oerip Lovers luar biasa, beramai-ramai mengadopsi kain-kain Dayak yang indah, dari yang harganya terjangkau hingga koleksi tua dan bernilai tinggi. “Hasil penjualan saya kembalikan kepada penenun,” kata Dian.
 
Walaupun koleksi pakaiannya dikenakan sederet figur publik, dari Presiden Joko Widodo, pejabat hingga selebriti, di antaranya Nadine Candrawinata, yang memesan busana pernikahan dari kain tenun Sumba, momen paling berharga bagi Dian adalah ketika membantu penenun mendapatkan income untuk membeli makanan keluarga atau material untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak, dan bisa membiayai sekolah anak-anak mereka. “Saya bangga baju saya dipakai artis atau pejabat. Tapi saya lebih bangga bisa membantu dan jadi jalan berkat buat banyak orang,” ungkapnya.
 
Foto: dok. Dian Oerip
 
Karena itu, ke depannya, ia akan lebih jauh menjelajah tanah air dan mengembangkan dukungannya bagi para penenun. Berkolaborasi dengan Melanie Subono yang didapuk menjadi PR Chief Oerip Indonesia, ia bertekat lebih mengenalkan Indonesia dan kekayaan budayanya lewat penenun dan wastra Nusantara hingga mancanegara.

Dan, ia telah membuktikannya. Setelah sukses di IFW 2022, mengusung tema Oerip Indonesia Memboemi di Eropa, Dian mempersembahkan karya-karyanya dan memperkenalkan tenun Nusantara secara maraton di Festival de la culture Indonesienne, Universite Paris Nanterre pada 23-25 Mei 2022 dan Taman Indonesia Kallenkote dan Rijswijk Belanda pada 28-29 Mei 2022 lalu. (f)

Baca juga: 
Koleksi Baru Mengangkat Kekayaan Tradisi Sandang Indonesia
Membaca Tren Fashion Global 2022 Bagi Pelaku UKM
Terpesona Baju Bodo? Intip 5 Jenama ini!
2 Brand Hadirkan Motif Wastra Modern Untuk Busana Siap Pakai

Gracia Danarti

 


 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?