Profile
Sharlini Eriza Putri, Lahirkan Inovasi Dari Empati

19 Aug 2021


Foto: Dok. Pribadi


Dua tahun lalu seorang ilmuwan muda, Sharlini Eriza Putri, bergandengan dengan Revata Utama dan Vincent Kurniawan, merintis perusahaan bernama Nusantics, kependekan dari Nusantara Genetics. Mereka bersama-sama menciptakan sesuatu yang baru, yaitu inovasi bioteknologi, khususnya dari riset microbiome dan riset diagnostik.

Ibu satu putra ini bercerita, microbiome memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam kesehatan manusia dan kesehatan lingkungan. Ia mencontohkan, anak yang lahir dengan operasi caesar cenderung rentan terhadap penyakit eczema atau eksim, karena ia tidak mendapatkan microbiome dari jalur vagina ibunya.

Microbiome sebetulnya sudah menjadi topik yang hangat dibicarakan di luar negeri sejak 15 tahun lalu, meski baru booming dalam tiga tahun terakhir ini. Tidak aneh, jika tantangan yang mereka temukan saat awal membangun Nusantics adalah mencari angle komunikasi yang tepat untuk mengedukasi publik.

Kecantikan dinilai sebagai entry point yang tepat, karena lebih bisa dimengerti dan tidak mengawang-awang. “Kalau aku menjelaskan bahwa microbiome itu penting sehingga tanah harus dijaga, misalnya, hanya sedikit orang yang bisa nyambung. Tapi, ketika aku bilang bahwa ketidakseimbangan microbiome bisa menyebabkan gangguan kulit, nah… semua orang bisa nyambung. Soalnya, kan, semua orang ingin kulitnya mulus,” kata Sharlin.

Dengan swab kulit, di Nusantics kita bisa mengecek komposisi bakteri dan jamur pada kulit, juga kadar hidrasi dan pH. Jika semua parameter bagus, Sharlin tidak menyarankan penggunaan produk yang memerlukan belasan langkah.

“Prinsip hidup, kan, sebetulnya pakai seperlunya saja. Kalau kulit kita tidak perlu tapi kemudian ditambahkan zat aktif yang tinggi, bakteri baik di kulit jadi mati. Akibatnya, kulit jadi rentan. Kita sering lihat remaja yang sedang puber diberi produk perawatan macam-macam oleh ibunya, karena ibunya yang stres. Ketika diberi zat aktif untuk wanita 40 tahun, kulit anak yang sebenarnya masih bagus malah jadi rusak,” katanya

Lulusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, ini menjelaskan, kemajuan bioteknologi yang namanya genomic mengajari kita untuk lebih sopan terhadap alam. Karena, ternyata setengah sel di badan kita bukan milik kita sendiri, melainkan milik microbiome (alias bakteri, virus, jamur, dan arkea). Ironisnya, kita membutuhkan microbiome. Makin banyak dan bervariasi microbiome di tubuh kita, imunitas kita semakin baik.

Terkait dengan kesempatan wanita di bidang ini, ia memandang, bioteknologi justru didominasi oleh wanita. Menurutnya, karena spektrum berpikir wanita cenderung luas dan wanita sudah terbiasa multitasking, maka kita lebih jago dalam memahami fenomena alam. “Itulah mengapa wanita bisa leading di bidang bioteknologi. Ketika berhadapan dengan fenomena alam, wanita bisa lebih berempati,” katanya.

Empati inilah yang melahirkan inovasi Saliva Gargle PCR, cara mengetes Covid-19 tanpa rasa sakit. PCR test kit yang sekarang banyak digunakan, yang ditusukkan pada hidung atau tenggorokan, menyebabkan rasa tidak nyaman. “Soal alat tes ini, emak-emak pasti akan lebih ribut, berpikirnya panjang. ‘Anak saya masih kecil mosok ditusuk-tusuk seperti itu? Kenapa, sih, bikin alat tesnya yang dicolok?’ Ditambah lagi, ada berita tentang test kit yang patah di hidung balita di Arab. Serem, kan?” kata Sharlin, yang sangat jarang membawa pulang pekerjaan.

Saliva Gargle PCR memiliki akurasi serupa dengan PCR test kit yang mereka ciptakan setahun lalu, yaitu mBioCov, yang sensitivitasnya pada grade A (di atas 95%) dengan spesifisitas mencapai 100%. “Artinya, ketika seseorang terdeteksi positif, dia pasti positif Covid, bukan positif virus lain. Di luaran ada test kit yang mendeteksi positif, tapi belum tentu positif Covid, melainkan bisa positif MERS atau SARS. Kenapa kami bisa klaim 100%? Karena, virus-virus beta corona yang terdeteksi itu memang spesifik milik Covid-19,” kata Sharlin, yang mendapatkan gelar Master of Science dari Imperial College London.

Apa yang membuat Saliva Gargle PCR berbeda? Tes ini nyaman digunakan, termasuk untuk anak usia empat tahun ke atas. Ia menjamin, kalaupun cairan untuk gargle sampai tertelan, akan aman bagi anak.

Sharlin punya definisi sendiri tentang bahagia. “Bahagia adalah ketika apa yang dipikirkan, diucapkan, dan dikerjakan, selaras dengan hati. Itulah mengapa aku lebih senang mengelola perusahaan sendiri. Ketika kerja pada orang lain, sering kali susah untuk menyelaraskan semua. Terkadang kita maunya begini, tapi perusahaan menginginkan hal berbeda. Dengan punya perusahaan sendiri, kita bisa mengerjakan apa yang kita mau. Jadi, kita tetap waras dan happy.” (f)


Baca Juga: 
Kado Hari Ibu, 2 Srikandi Ilmuwan Indonesia Ini Raih Penghargaan Internasional
Febriany Eddy: Melihat Kesempatan di Setiap Tantangan
Prof. Dr-Eng. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng Profesor Energi yang Senang Lobbying



 


Topic

#melihatindonesia, #ilmuwan, #ilmuwanwanita

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?