Reviews
Challengers: Antara Tenis, Cinta, dan Ambisi

25 Apr 2024

Tashi Duncan, tokoh pengendali cerita film Challengers. Foto: MGM/Warner Bros. Pictures

Jika dua sahabat Patrick Zweig (Josh O'Connor) dan Art Donaldson (Mike Faist) tidak berkenalan (dan terpesona) dengan Tashi Duncan (Zendaya) tahun 2006, apakah nasib mereka bertiga, termasuk karier mereka dalam tenis, akan berbeda?

Premis ini menggelitik kita sepanjang film yang bolak-balik di masa sekarang (tahun 2019) dan masa lalu yang dimulai 13 tahun sebelumnya, dan juga tahun-tahun di antaranya.

Tokoh utama film ini adalah Tashi Duncan, petenis berbakat dengan gelar junior (dan kontrak iklan) bergengsi, hingga diterima di Stanford University. Cedera lutut (dalam adegan yang bikin ngilu) merobek semua mimpi dan ambisinya.

Tokoh berikutnya adalah Patrick Zweig, petenis berbakat dari keluarga kaya, yang berhasil jadi pacar Tashi. Namun gelar junior yang dimilikinya tidak bisa mengangkat kariernya. Terseok-seok di peringkat 271 (dan tak punya uang), Patrick berharap masih bisa melanjutkan kariernya.

Dan tokoh terakhir adalah Art Donaldson, sahabat Patrick sejak usia 12 karena berlatih di akademi tenis yang sama, yang sukses sebagai petenis dengan gelar Grand Slam dan berbagai kontrak iklan. Kini, ia suami Tashi dan ayah dari anak perempuan mereka, Lily.

Adegan bikin penasaran dalam trailer ini tampaknya disensor di Indonesia. Foto: MGM/Warner Bros. Pictures

Sudah setahun terakhir Art tidak pernah menang, sehingga Tashi, yang kini jadi kepala pelatih Art, menempatkannya di pertandingan Challengers, turnamen tenis 'berkasta' rendah, agar Art bisa menang dan terbuka kemungkinan main di turnamen bergengsi.

Pertemuan kembali ketiganya mengajak penonton kembali ke masa remaja mereka, bolak-balik dengan adegan masa kini, ketika Art dan Patrick bertemu di final dalam pertandingan Challengers tersebut. Sementara Tashi menonton pertandingan itu dengan agenda tersendiri.

Tak bisa dipungkiri kalau tokoh Tashi adalah 'pengendali' jalan cerita Challengers. Selama kurun waktu 13 tahun, sebagian besar hidup Art seakan dibagi berdua bersama Tashi, termasuk demi menyalurkan mimpi dan ambisi Tashi. Pertemuan kembali Tashi dengan Patrick bukan soal CLBK, tapi seperti penyulut kembali ambisi terpendam Tashi.

Sebagai salah satu film yang ditunggu-tunggu di tahun ini (apalagi melihat gaya Zendaya selama road show promo film ini), Challengers tidak mengecewakan. Stylish? Cek; penata kostumnya sekelas desainer Jonathan Anderson, Direktur Kreatif Loewe. Seksi? Cek. Seru? Cek, apalagi melihat pertarungan Art yang bertabur sponsor dan Patrick yang temperamental tapi kurang modal. 

Music score dan soundtrack Challengers yang digawangi duo pemenang Oscar Trent Raznor dan Atticus Ross (dari band Nine Inch Nails) jempolan membuat imajinasi melayang liar saat melihat adegan biasa, dan sesuai banget dengan mood kompetitif tapi seksi dari film ini. 

Apakah ini film romantis? Patut dipertanyakan, karena saya melihat apa yang dilakukan Art dan Patrick mungkin demi cinta (dan bromance keduanya juga menggelitik karena berjarak tipis dari hubungan romantis yang sebenarnya). 

Tapi Tashi mungkin tak perlu cinta untuk kisah ini; ia melakukan semuanya mungkin demi diri sendiri. Dengan cara yang stylish, sutradara Luca Guadagnino (Call Me by Your Name, 2017; Bones and All, 2022) menunjukkan Tashi sebagai contoh wanita paling egois sedunia.

Tak heran jika Zendaya sendiri berkomentar tentang Tashi, "Jangan terlalu dimasukkan ke dalam hati dengan apa yang dilakukan Tashi." Buktikan sendiri di bioskop; Challengers tayang 26 April 2024.
 

Zornia Harisantoso


Topic

#boxoffice

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?