Tips
Rama Dauhan Bersama Jakarta Fashion Hub: Karya Mode Yang Memerhatikan Lingkungan

24 Feb 2021


Foto: Dok. Femina

 
Di tengah tren sustainable fashion, desainer dituntut untuk menciptakan karya yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Banyak cara untuk mendukung penerapan fesyen yang berkelanjutan, mulai dari memilih kain yang ramah lingkungan, cerdas mengelola sisa material produksi hingga menerapkan metode pewarnaan dengan bahan alami.
 
Selaras dengan itu, Asia Pacific Rayon melalui Jakarta Fashion Hub, berkolaborasi dengan Femina menggelar workshop 'How to Optimize Fabric Usage in Your Fashion Production'. Dengan tema For The Love of Fashion and Earth, APR mengajak para penggiat fesyen untuk lebih memahami beberapa tips dan trik dalam menciptakan karya yang peduli lingkungan.
 
Hadir sebagai fasilitator adalah perancang muda Rama Dauhan, yang tak hanya terkenal dengan kepiawaiannya mengolah pola dan padu-padan warna, namun juga dalam pengolahan material alami yang dikreasikan ke dalam koleksinya,
 
“Awalnya enggak disadari, tapi ternyata kita memang telah melakukan produksi yang ramah lingkungan itu. Saat ini di rumah produksi saya, sebisa mungkin mengurangi pemakaian plastik dalam pengemasan. Untuk Cover bag digunakan kain blacu,” papar Rama.

Pada kesempatan kelas workshop ini, Rama membagikan kiatnya agar para desainer muda dan pengusaha mode dapat mengambil langkah yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dalam proses kreatif. Di sisi lain proses itu selain menghemat juga memberi nilai komersial tertentu.
 
1. Tes terhadap material kain
Rama memberi tip berupa treatment terhadap kain yang akan digunakan. Tahapan ini wajib dilakukan oleh seorang desainer sebelum melakukan proses produksi. Pada proses ini kain atau tekstil direndam, diuap, di setrika, atau melalui proses pewarnaan. Tujuan tes ini adalah untuk melihat penyusutan kain dan hal–hal lain menyangkut kondisi kain sebelum dieksekusi. Dengan demikian juga bisa mengurangi resiko gagal produksi.
 
2. Penataan pola yang padat
Rama menerapkan pola potong busana dengan area kampuh (area yang dilebihkan untuk posisi menjahit) sehingga ketika turun untuk penyusunan pola, ia bisa memadatkan penempatan pola agar tidak terlalu banyak kain sisa.

Selain menghasilkan pola dan jahitan yang lebih rapi, penempatan pola yang padat juga dapat menghemat penggunaan kain. Ia mengaku hanya membutuhkan 50 cm kain untuk memproduksi 1 potong atasan tanpa lengan, dan bahkan masih menyisakan kain yang bisa di kreasikan ulang. Tak hanya hemat biaya, proses produksi pun lebih ringkas dan tidak banyak kesalahan saat proses penjahitan.
 
3. Proses pewarnaan alami
Limbah pewarna merupakan salah satu limbah air yang paling banyak mencemari lautan. “Di Jerman bahkan ada pabrik yang ditutup karena dianggap tidak mampu mengolah limbah sisa pewarnaan kimiawi,” cerita peraih Golden Needle Award dari Esmod saat kelulusannya pada tahun 2003 silam itu. Ia concern terhadap isu pencemaran air ini. Karenanya untuk koleksi terbaru Bumi Poetra, Rama memakai teknik eco-print dengan memanfaatkan berbagai pewarna alam seperti secang, kunyit, daun jati, daun lanang, dan sebagainya. Karena bahan pewarna dibuat dari bahan alami, maka air sisa pencelupan pun bisa langsung dibuang seperti biasa.
 
Dan yang paling menarik proses eco-print ini membuat setiap potong busana menjadi unik. Kenapa bisa begitu? “Karena penempatan daun dan hasil akhir warna yang tergantung pada sinar matahari, maka setiap potong busana di koleksi ini menjadi unik dan tidak ada yang sama persis,” jelas Rama.
  
4. Pemanfaatan kain perca
Nah, yang ini paling menjadi dilema. Sisa potongan kain atau perca memang menjadi limbah industri pakaian jadi termasuk dari workshop para desainer. Rama mengaku tak tega begitu saja membuang potongan-potongan kain sisa produksi itu. Alih alih ia malah menyimpan seluruh kain-kain sisa ini.

Untuk apa kain perca ini? “Nah kalau tadi saya mengatakan semua material kain harus dicoba terlebih dahulu dengan berbagai macam treatment, kain-kain sisa ini lah yang saya gunakan untuk bahan uji coba. Terlalu boros untuk membeli kain baru hanya untuk percobaan,” jelas Rama.

Kain sisa percobaan pewarnaan eco-print yang umumnya berukuran besar karena adanya penempatan daun-daun besar di kreasikan ulang menjadi saputangan, kain lilit bahkan seprai. Kain perca berukuran besar lainnya digunakan untuk aplikasi dengan pola tertentu seperti untuk bros, bisa juga dijadikan syal dan headpiece.
 
Lihat laman selanjutnya untuk membaca lebih lanjut.
 


Topic

#ModeFemina, #AsiaPacificRayon, #JakartaFashionHub, #RamaDauhan, #Viscose, #RamahLingkungan

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?