Health & Diet
Jangan Abai, Kenali Kanker Ovarium Lewat 10 Hal Ini

29 May 2023


Foto: Shutterstock
 

Data Globocan tahun 2020 menunjukkan bahwa kanker ovarium menduduki peringkat ketiga sebagai kanker paling mematikan di kalangan perempuan di Indonesia. Jumlah kasusnya mencapai 14.896 dan menyebabkan 9.581 kematian pada perempuan. Hanya 20% dari pasien kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, dan 94% di antaranya berhasil mencapai harapan hidup lebih dari lima tahun. 

Kanker ovarium menyerang jaringan indung telur atau ovarium, oleh karena itu siapa pun yang terlahir dengan indung telur dapat menderita kanker ovarium. Selain itu, kanker ovarium adalah penyakit yang bisa diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, penting untuk mengenali kanker ovarium pada stadium awal untuk memperoleh harapan hidup yang lebih panjang dan kualitas hidup yang lebih baik.

Menurut dr. Toto Imam Soeparmono, SpOG, K.Onk, MH, Dokter Spesialis Ginekologi Onkologi, dalam rilis yang dikirim kepada Femina terkait Kampanye 10 Jari yang diinisiasi oleh AstraZeneca, Cancer Information and Support Center (CISC), Kementerian Kesehatan RI dan Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kanker ovarium, "Kanker ovarium dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, terutama jika ada anggota keluarga yang pernah menderita kanker ovarium atau kanker lainnya seperti kanker payudara, prostat, kolorektal, maupun kanker rahim. Penyakit ini menjadi tantangan terbesar bagi para ahli onkologi ginekologi karena tidak menunjukkan gejala yang spesifik pada stadium awal, melainkan baru menunjukkan gejala pada stadium lanjut di mana sel kanker telah menyebar ke organ lain.”  

Oleh karena itu, dr. Toto menganjurkan para perempuan untuk mendeteksi kanker ovarium sejak dini dengan mengenali faktor risiko dan gejala awalnya. Selain itu, penting bagi individu yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau payudara untuk melakukan pemeriksaan genetik.

Melalui Kampanye 10 Jari, perempuan Indonesia diajak untuk mengenali gejala dini dan faktor risiko kanker ovarium, demi mendapatkan perawatan yang tepat dari tenaga kesehatan serta kualitas hidup yang lebih baik.

"Untuk memperoleh kualitas hidup yang lebih baik, pengobatan kanker ovarium membutuhkan tindakan dan penanganan medis sejak dini. Melalui Kampanye 10 Jari, kami mengajak setiap perempuan dan keluarganya di Indonesia untuk menyadari bahaya kanker ovarium dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengantisipasi kondisi yang fatal ini. Selain itu, AstraZeneca, sebagai perusahaan biofarmasi global, berkomitmen untuk menghadirkan pengobatan kanker yang inovatif dan terobosan baru bagi para pasien, termasuk pasien kanker ovarium di Indonesia,” jelas dr. Feddy, Medical Director AstraZeneca Indonesia. 

Saat ini menurut dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA, Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker dan Kelainan Darah P2PTM, Kementerian Kesehatan RI, Kementerian Kesehatan RI telah melakukan upaya pendekatan pengendalian faktor risiko dan deteksi dini yang tertuang dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) pengendalian kanker tahun 2020 - 2024. Tujuan dari program ini adalah untuk melakukan deteksi dini kanker pada ≥ 80% penduduk usia 30-50 tahun di 514 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024, termasuk kanker ovarium. 

“Namun, semua upaya ini tidak akan optimal tanpa dukungan dari seluruh sektor terkait, beserta seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi Kampanye 10 Jari sebagai langkah nyata membantu para penderita kanker ovarium di Indonesia,” ungkap dr. Theresia. 

"Kampanye 10 Jari" melambangkan 10 hal yang perlu kita perhatikan untuk mengenali kanker ovarium, yaitu enam faktor risiko dan empat pertanda penyakit. Yang termasuk dalam enam faktor risiko adalah: (1) memiliki riwayat kista endometriosis; (2) memiliki riwayat kanker ovarium dan/atau kanker payudara dalam keluarga; (3) mutasi genetik (misalnya BRCA); (4) paritas rendah; (5) gaya hidup yang buruk; (6) dan penuaan. 

Sementara itu, empat pertanda kanker ovarium adalah (1) kembung; (2) nafsu makan berkurang; (3) sering buang air kecil; (4) dan nyeri panggul atau perut3-6. Pada umumnya kanker ovarium tidak disertai gejala pada stadium awal.

Support System Bagi Pasien Kanker Ovarium 
Deteksi dini, perawatan dan pengobatan yang tepat memberikan peluang keberhasilan yang tinggi pada kanker ovarium stadium awal saat penyakit masih terbatas pada organ ovarium. Ketika seorang pasien didiagnosis menderita kanker ovarium, sangat penting bagi mereka untuk berkonsultasi dengan spesialis medis dan mematuhi pengobatan. 

Saat ini, terapi yang paling umum untuk kanker ovarium adalah operasi dan kemoterapi. Menurut Apt. Yovita Diane Titisari, M.Sc, Apoteker Klinis, dalam pengobatan kanker, kepatuhan menjadi hal utama dalam proses pemulihan yang perlu dilakukan secara konsisten.

"Penting bagi pasien kanker ovarium untuk patuh dalam menjalani pengobatan dan mengikuti instruksi dokter agar penyakit tidak semakin parah dan kambuh lagi. Pasien yang patuh dalam menjalani terapi menunjukkan kualitas hidup yang baik, sedangkan pasien yang tidak patuh menunjukkan hal yang sebaliknya,” ungkap Yovita. 

Menurut Yovita ada banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien, salah satunya adalah komunikasi yang baik antara pasien dan penyedia layanan kesehatan, serta dukungan dari keluarga atau care giver

Selain itu, pasien kanker ovarium juga membutuhkan dukungan emosional yang dapat mendorong mereka untuk lebih patuh pada jadwal pengobatan sesuai program. Dalam hal ini, peran aktif dan kreatif komunitas dalam rangkaian pencegahan, diagnosis serta proses pengobatan sangatlah penting. 

“Tahap awal ketika seseorang mendapatkan diagnosis kanker ovarium tentulah mengalami gelisah, galau, sedih sampai terasa hidup ini segera akan berakhir, sehingga dukungan emosional sangat dibutuhkan supaya pasien dapat mengatasi gangguan psikologis dengan cepat. Jika ada pasien yang mendapat diagnosis kanker ovarium, CISC yang berdiri sejak tahun 2003 sebagai wadah informasi dan dukungan bagi para pasien dan keluarganya, siap memberikan dukungan agar pasien kanker ovarium di Indonesia dapat menjalani pengobatan yang bermutu dan tepat waktu,” tutup Aryanthi Baramuli Putri, SH., MH, Ketua Umum CISC. (f) 


Baca Juga: 
8 Vaksin Dewasa, yang Nomor 4 Wajib untuk Wanita
Imunoterapi, Harapan Baru Bagi Pasien Kanker
5 Risiko Kesehatan Wanita Ini Wajib Dikonsultasikan dengan Ginekolog


Faunda Liswijayanti


Topic

#kanker, #kankerovarium, #gejalakankerovarium

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?