Profile
Atina Maulia, Membangun Vanilla Hijab dari 2 Lembar Kain

27 Oct 2021

Atina Maulia, pendiri Vanilla Hijab yang memulai bisnisnya dari dua lembar kain
Foto: Vanilla Hijab

Perseverance. Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Atina Maulia. Saat dirinya divonis menderita autoimun dan didiagnosa mengidap lupus hingga harus berkursi roda, Atina justru membangun nilai hidupnya untuk tetap positif. Meski dengan berat hati harus meninggalkan pendidikannya di jurusan perminyakan ITB (Institut Teknologi Bandung), ia tak patah semangat dengan mengubah haluan menjadi seorang pebisnis hijab dan sukses. 

Mendirikan Vanilla Hijab dari 2 lembar kain

Melihat tingginya biaya perkuliahan di ibu kota menyentil insting bisnis Atina, Ia pun mulai menggali ide mendapatkan pemasukan tambahan. Ide itu muncul dari ibu dan kakaknya yang berhijab. Pada 2013 saat dirinya memulai bisnis, belum banyak yang memproduksi hijab berkualitas, dari sinilah Atina memulai. Dirinya memberanikan diri untuk membeli bahan di pasar Mayestik dan memproduksi 2 lembar sampel hijab berwarna pastel yang kemudian ditawarkannya dengan cara pre-order di media sosial. Cikal bakal lahirnya Vanilla Hijab.

Seiring jalan, pesanan yang datang semakin banyak. Atina pun terus belajar dengan mengikuti tren yang berkembang di luar negeri, tak jarang dirinya berkeliling di Pusat Belanja Tanah Abang dan Thamrin City mencari satu-dua hijab yang spesifik menjadi tren dan masih jarang di temui di tanah air. seperti saat dirinya melihat tren hijab Kashmir di media sosial. Di matanya, hal yang sedang menjadi tren di media sosial internasional merupakan sebuah peluang bisnis. Sementara di sini antara sudah ada penjual namun aksesnya masih sulit, ataupun belum ada sama sekali, di situlah insting bisnis Atina menyambut bola. Dalam perkembangannya, selepas bertindak sebagai reseller yang mudah dijangkau melalui media sosial, ia lantas mulai mencoba untuk memproduksi sendiri hijab karyanya dan menjualnya secara online.

Modal sendiri yang tak besar membuat Atina tak bisa bekerja dengan tim produksi yang besar. Lagi-lagi kreativitaslah yang membantunya, Atina memperkerjakan penjahit keliling yang kerap muncul di dekat rumah. Ia juga
​berani bereksperimen dalam hal material dan desain. Sempat memiliki rumah produksi sendiri dengan mempekerjakan beberapa penjahit, kini untuk memenuhi permintaan pasar ia memilih konsep outsorce yaitu bekerjasama dengan beberapa konveksi yang dipercaya dan secara khusus mengerjakan hanya pesanan untuk Vanilla hijab. 

Kini, tim anggota kantor Vanilla Hijab diakui Atina tidak banyak. "Tim inti hanya ada sekitar 15 pekerja sudah termasuk keuangan, akuntan, dan 5 orang admin. Nah, untuk tenaga jahit kini ada sekitar seratus tenaga jahit yang tersebar dalam 4-5 tempat, sementara untuk tenaga pengemas ada sekitar 20 orang," ungkap Atina dala acara Eksklusif Training kerjasama Wanita Wirausaha Femina dengan Facebook #SheMeansBusiness berjudul Memulai Bisnis Hijab dari Nol. Video tayangan eksklusif training ini bisa Anda saksikan kembali di Facebook Page Wanita Wirausaha Femina. 

Jatuh Bangun Atina dalam berbisnis

Mempercayakan produksi pada konveksi tak mudah, perlu riset dan pengenalan dahulu sebelumnya. Karena itu, dalam memilih partner konveksi Atina melihat latar belakang dan pengalaman kerja koveksi yang akan dipercayanya sebagai bagian tim produksi. Walaupun tetap saja kerap terjadi kesalahan produksi yang membuat produk hijabnya tak layak pakai. Hal tersebut menjadi hambatan terbesar,  selain riset pasar yang meleset, serta keputusasaan dan rasa lelah yang biasa dihadapi pebisnis pada umumnya.

Tapi dari semua itu, Vanilla Hijab berkembang untuk menajamkan riset pasar guna menghasilkan produk yang tepat sasaran, hingga bagaimana memanfaatkan produk yang tidak terjual. Salah satunya adalah menjadikan produk tersebut sebagai gimick untuk giveaway, yang ternyata cukup ampuh menarik pelanggan. 

Kini dengan 1 kantor produksi utama, beberapa rumah produksi dan konveksi, serta banyak rumah distribusi yang tersebar di beberapa kota di Indonesia, Vanilla Hijab semakin menancapkan jejaknya sebagai produsen hijab terbesar di Indonesia. “Buat yang ingin memulai usaha, jangan menunggu sempurna untuk memulai, mulailah perlahan-lahan dan sempurnakan juga perlahan-lahan,” pesan Atina. Memulai itu penting, dari pengalaman itulah Atina bisabelajar banyak hal dalam pengembangan bisnisnya.

Nah bila Anda juga tertarik untuk memulai bisnis hijab, ada 3 tip dari Atina yang penting Anda camkan: 
1/ “Pertama kalau mau memulai jangan kebanyakan mikir, tapi riset itu perlu," kata Atina. Bila dahulu bisa sekadar nekad, kini tak bisa lagi sesuka-sukanya, tapi lagi-lagi Atina menekankan pentingnya untuk memulai.

2/ "Kedua, usaha itu pasti mencari keuntungan, tapi berjualan dari hati itu penting, dengan cara itu Anda bisa mendalami usaha yang dilakukannya.” tambah Atina.

3/ “Kalau dulu dibilang do what you love, mungkin kini harus diubah menjadi love what you do. Apapun yang Anda kerjakan, kalau sudah mendapatkan keuntungan, tentunya Anda akan menyukainya,” tutup Atina. (f)
 


Baca Juga

Kekuatan Hati Atlet Para-Powerlifting Ni Nengah Widiasih
Sharlini Eriza Putri, Lahirkan Inovasi Dari Empati
Kampanye Indonesia Chitra Subyakto


Topic

#WanitaWirausahaFemina, #VanillaHijab, #wanwir, #bisnishijab, #shemeansbusiness, #facebook, #fashion

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?