Profile
William Tanuwijaya: Semangat Bambu Runcing

18 Aug 2021


Foto: Dok. Tokopedia
 

Saya ini  jadi pengusaha karena kepepet.  Saya besar dan lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Saat tamat SMA, almarhum ayah dan paman ingin saya punya kehidupan lebih baik. Mereka percaya kehidupan lebih baik dimulai dari pendidikan yang lebih baik. Saya diberikan kesempatan untuk kuliah di Jakarta. 

Saya, 'Lulusan' Warnet 

Naik kapal 4 hari 3 malam dari Belawan ke Tanjung Priok, itu pertama kalinya saya keluar dari Sumatera Utara. Rasanya senang sekali bisa merantau dan bisa sekolah tinggi di ibukota. Tapi perjalanan saya tidak mulus. Pada tahun ke-2 saya di Jakarta, ayah  jatuh sakit. Otomatis uang saku untuk hidup  terganggu. Untuk tetap bisa berada di Jakarta, saya pun  mulai mencari pekerjaan sampingan. 

Minim pengalaman, saya beruntung diterima menjadi penjaga warnet 24 jam untuk shift malam di sekitar kampus tempat saya berkuliah.  Saat itu internet masih mahal, dan sebagai penjaga warnet shift malam saya bisa menggunakan internet secara gratis, 12 jam sehari, mulai dari jam 9 malam sampai  9 pagi dan dibayar pula! Selama bertahun-tahun  kerja sampingan ini ternyata membuat  saya jatuh cinta pada internet ini.  Sebuah gerbang ke dunia lewat jari tangan kita, kapanpun dan dimanapun. 

Lulus kuliah di tahun 2003, saya mulai bekerja di beberapa perusahaan pengembang software. Maunya, sih di Google dan Facebook, tapi mereka belum memiliki kantor cabang di Indonesia saat itu. 

Tahun 2007 adalah tahun dimana saya melihat potensi membangun Tokopedia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, tapi infrastrukturnya belum merata. Saya melihat teknologi internet dapat menjadi solusi. Terpikirlah ide membangun marketplace yang menghubungkan penjual dan pembeli dari seluruh Nusantara. Dalam pandangan saya saat itu,  hal ini mungkin bisa jadi solusi  masalah ketimpangan peluang dan kepercayaan yang ada dalam masyarakat. 

Tapi saya tidak punya modal.  Ayah saya saat itu divonis kanker, dan sebagai tulang punggung keluarga saya tentu tidak bisa meninggalkan pekerjaan tetap saat itu dan  membangun usaha. 

Terinspirasi dari anak muda di Silicon Valley, yang mampu membangun industri baru dengan mencari pemodalan dari para pemodal ventura, saya pun mencoba melakukan hal yang sama. Saya datang ke orang kaya satu-satunya yang saya kenal yaitu  bos tempat saya bekerja. Saya menceritakan ide yang berputar-putar di kepala  tentang membangun marketplace pertama di Indonesia. Dari situlah cerita bermula.

Bisnis Kepercayaan 

Walaupun kuliah di jurusan Teknik Informatika, saya lebih memandang diri saya sebagai lulusan warnet.  Karena hidup saya sepanjang kuliah lebih banyak dihabiskan di warnet. Saya juga tidak punya pengalaman membangun bisnis apapun sebelumnya. Namun saat ingin mendirikan Tokopedia, saya menyadari memulai bisnis adalah tentang membangun kepercayaan. Sayangnya kepercayaan sering diukur dari rekam jejak masa lalu. Di titik inilah saya menemukan semangat bambu runcing pertama saya, tentang keberanian, kegigihan, dan harapan. 

Membangun perusahaan internet, sumber daya paling utama ada pada talenta manusianya. Namun tidak adanya kisah sukses tentang perusahaan internet Indonesia saat saya membangun Tokopedia,  membuat talenta terbaik enggan bergabung. Sayapun jemput bola.  Berbagi tentang visi, misi, dan mimpi yang ingin saya bangun dari kampus ke kampus. Ini sekaligus tantangan berat buat saja, karena saya introvert. Benar-benar harus keluar dari zona nyaman.

Lewat kegigihan tersebut, lambat laun Tokopedia berhasil mengumpulkan talenta-talenta terbaik dari seluruh Indonesia.  Saat ini, sudah hampir 6.000 Nakama (sebutan untuk karyawan Tokopedia) dari segala latar belakang: muda, senior, perempuan, maupun laki-laki. Kami juga memiliki kebijakan untuk memberikan ruang kepada difabel untuk berkarya sebagai Nakama.


Perempuan punya tempat penting di Tokopedia. Demi mendukung inklusivitas dan  mendorong daya saing talenta digital, management Tokopedia kini banyak diisi perempuan. Ada Melissa Siska Juminto (CCO), Nuraini Razak (Direktur Humas), dan Astri Wahyuni (Direktur Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah). 

Kami juga menggerakkan komunitas pegiat teknologi di bawah naungan Tokopedia Academy seperti START Summit, START Summit Extension, DevCamp, juga START Women in Tech untuk menginspirasi lebih banyak perempuan berkarier di bidang teknologi.

Generasi Transformasi 

Di tengah pandemi, kabar baik datang dari iklim industri teknologi yang terus melaju bahkan  melaju pesat. Dari pandemi ini  lahir generasi transformasi. Kini teknologi dan digitalisasi bukan lagi sekedar nilai tambah, tetapi menjadi sebuah kebutuhan. Dalam 12 tahun terakhir, Tokopedia belum pernah melihat periode transformasi digital secepat dan sepenting   seperti saat ini.

Tokopedia  juga mengubah hidup saya. Dari anak muda biasa berasal  kota kecil, punya kesempatan membangun
multi billion dollar company di era digital. Lewat  Tokopedia saya juga menyaksikan lebih dari empat juta masyarakat Indonesia telah memulai, mengembangkan bisnis, dan mengubah nasib.  Ada lapangan kerja baru  tumbuh dalam masyarakat. 

Tentu tidak semuanya berhasil. Ketika saya bertemu dengan mereka yang berhasil, saya menyadari ada benang merah yang menyatukan mereka. Mereka memiliki semangat bambu runcing. Mereka tidak hanya berani memulai, namun juga punya kegigihan untuk bangkit ketika gagal, dan mereka semua memiliki harapan. Bentuknya bisa bermacam-macam, misalnya harapan agar orang tua mereka punya tempat tinggal lebih layak, atau harapan agar anak mereka memiliki pendidikan yang lebih tinggi. 

Dalam membangun bisnis, kesuksesan bisa diraih dengan memiliki
growth mindset. Seseorang yang memiliki growth mindset tidak akan terpaku dengan kemampuan yang dimiliki dan selalu terpacu untuk memperbaiki diri sehingga hari ini dapat sedikit lebih baik dibanding hari-hari sebelumnya. Kami percaya kesuksesan hanya akan diraih jika membantu orang lain menjadi lebih sukses. Itu mengapa marketplace menjadi model bisnis paling indah di dunia. (f) 

Penulis: 
William Tanuwijaya, Founder and CEO Tokopedia, Young Global Leaders 2016 World Economic Forum
Artikel kolom "Melihat Indonesia" Tayang di Femina Edisi Juli - September 2021


Baca Juga: 
Ramai Pesta Diskon di Market Place, Apa Untungnya Bagi UMKM?
Resmi Kolaborasi Menjadi GoTo, Tokopedia dan GoJek Hadirkan Pesta Diskon WIB Spesial untuk Pelanggan



 



Topic

#melihatindonesia, #ecommerce, #wirausaha

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?