Reviews
Dune Part Two: Babad Sang Penunjuk Jalan

4 Mar 2024

Pertarungan Paul Atreides dengan Freyd-Rautha, pertarungan dua keluarga penuh dendam. Foto: Warner Bros. Pictures

Saya tidak membaca rangkaian novel Dune karya Frank Herbert, tapi menonton versi adaptasi film tahun 1984 yang disutradarai David Lynch. Sejak membesut Dune (2021), Denis Villenueve membuat babad ini dengan visi berbeda.

Dune: Part Two melanjutkan perjuangan Paul Atreides (Timothée Chalemet) bersama Chani (Zendaya) dan bangsa Fremen, penghuni gurun di Arrakis, yang melawan pasukan yang dipimpin Rabban (Dave Bautista) dari Keluarga Harkonnen, penguasa ladang rempah dan produksinya.

Keluarga Harkonnen, yang dipimpin Baron Vladimir Harkonnen (Stellan Skarsgård) yang kejam, adalah duri dalam daging bagi Kaisar Shaddam (Christopher Walken). Putri Irulan (Florence Pugh) menyadari hal itu dan menyusun rencana tersendiri bersama penasihat agama Bunda Ketua Mohiam (Charlotte Rampling).

Di Arrakis, Paul bergulat dengan kenyataan bahwa pemimpin Fremen, Stilgar (Javier Bardem), dan sebagian Fremen percaya ia adalah mesiah, Lisan Al-Ghaib, yang akan membawa Arrakis merdeka dan menjadi "surga hijau." Paul yang dijuluki "Muad'dib Usul" tidak ingin dikultuskan, sementara sang ibu, Jessica (Rebecca Ferguson), dan adik Paul dalam kandungan, berpendapat lain.

Selama 2 jam 46 menit, terselip pula kisah cinta Paul-Chani, kita mengenal Freyd-Rautha (Austin Butler), keponakan Baron Harkonnen yang tak kalah kejam dan 'gila', serta berbagai adegan memikat bagaimana sebuah keyakinan (entah itu jahat atau mulia) bisa begitu memengaruhi manusia.

Film ini juga memberikan visual menggetarkan. Sinematografer Greig Fraser lebih banyak menonjolkan palet monokromatik; serba warna bumi di Arrakis (adegan badai gurun saat cacing gurun raksasa lewat epik, sih), silver-hitam-putih di arena ('acara ulang tahun' Freyd-Rautha di arena bikin merinding). 

Tak heran jika visual Dune: Part Two disebut-sebut perpaduan dari 2001: A Space Odyssey (film fiksi ilmiah Stanley Kubrick tahun 1968), Gladiator dari Ridley Scott (2000), dan film ikonik Orson Welles, Citizen Kane (1941). Pantaslah kalau kita tak sabar menantikan film ketiga, yang belum digarap.

 

Zornia Harisantoso


Topic

#boxoffice, #duneparttwo, #awardseason

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?