Sex & Relationship
Transformasi Bibit, Bebet, Bobot Pada Pasangan Zaman Now

1 Sep 2022


Foto: Dok. Shutterstock
 
Bagi pasangan muda zaman now Bibit, Bebet dan Bobot (3B) dirasa sudah kurang relevan digunakan untuk menjalani hubungan unconventional. Banyak dari generasi sekarang yang sudah tidak terlalu menggunakan 3B ala orang tua mereka. Soal usia yang tidak sepantaran, latar belakang ekonomi, persamaan suku dan ras, sudah bukan menjadi prioritas utama dalam menentukan kenyamanan dan keberlanjutan hubungan bersama orang yang dicintai.

Studi kuantitatif dan kualitatif yang baru-baru ini dilakukan oleh brand pasta gigi gel Closeup dari PT Unilever Indonesia, Tbk., mengungkap hanya 2 dari 10 orang merasa bahwa definisi 3B a la orang tua zaman dulu masih relevan dipakai. Meski begitu di semua kelompok responden, hampir seluruhnya setuju bahwa pedoman kriteria ideal pasangan pada dasarnya masih baik untuk diterapkan.

Survei yang melibatkan lebih dari 160 responden dari berbagai wilayah Indonesia berdasarkan kriteria orang-orang yang sedang menjalani hubungan unconventional, yang sudah menjadi orang tua, hingga individu yang masih lajang ini juga mengungkap bahwa walaupun 3B sudah tidak menjadi prioritas dalam menjalani hubungan ke jenjang lebih tinggi, namun penilaian dari lingkungan masih menghambat kelanjutan hubungan unconventional. Sekitar 5 dari 10 orang responden yang menjalani hubungan dan merasa tidak menemukan kenyamanan dari kriteria ideal a la mereka, meragukan masa depan hubungannya.  Melihat fakta tersebut rasanya generasi zaman now penting untuk me-refresh 3B dan memaknai kembali kriteria ideal dalam menjalani hubungan yang lebih serius.

Kemajuan zaman, teknologi dan mobilitas membuka kesempatan bagi siapa saja untuk berkembang dan meraih kesempatan-kesempatan untuk menjadi lebih baik. Kondisi ini membuat percampuran latar belakang budaya, etnis, dan peluang ekonomi menjadi lebih berbaur. Terutama bagi generasi muda yang  berpendidikan tinggi dan tinggal di perkotaan, secara kenyataan pasangan yang menikah beda suku sudah menjadi hal yang biasa di Indonesia.

“Sekarang ini, semakin banyak pernikahan antar suku atau bercampur dengan suku lain. Artinya itu bukan lagi hal yang penting. Pasangan sekarang, ketika akan memilih pasangan  hidup, lebih dipengaruhi faktor nilai personal dan lingkungan,” ungkap Pingkan Rumondor, M.Psi., Psikolog Klinis dan Peneliti Relasi Interpersonal.

Kondisi ini memerlukan pemaknaan ulang kriteria 3B yang digunakan untuk memilih pasangan hidup. Lewat kampanye Speak Up for Love, kriteria 3B untuk pasangan muda zaman now bisa disesuaikan menjadi Berbeda Bertumbuh Bersama yang artinya pasangan boleh menentukan pasangan hidup yang mampu menerima perbedaan dan berkomitmen untuk bertumbuh bersama ketika memasuki jenjang pernikahan.

Oleh karena itu, menurut Pingkan, pertimbangan yang masih relevan digunakan boleh jadi lebih mempertimbangkan personal value masing-masing orang, norma sosial yang berkembang di sekitar, serta kesesuaian visi serta misi pasangan tersebut. “Apa yang dianggap ideal oleh lingkungan, akan dipikirkan seseorang  dan membentuk, personal value kita. Kalau faktor lingkungan cukup kuat, seperti juga di Indonesia yang lingkungannya cukup kolektif, apa yang dianggap ideal oleh lingkungan juga menjadi pertimbangan kita,” tegas Pingkan soal norma sosial yang masuk ke dalam pertimbangan pribadi dalam memilih pasangan.

Masih dalam penjelasan Pingkan, dampak dari norma-norma sosial di sekitar yang tidak terlihat secara kasat mata, namun masih menentukan pilihan individu dalam memilih pasangan.
 

Foto Ki-Ka: Distya T. Endri, Head of Marketing Oral Care Category, PT Unilever Indonesia, Tbk., Mikaila, Fardhan, dan Pingkan Rumondor, M.Psi.​  Dok. CloseUp

Tantangan Menuju Pernikahan Berubah

Adanya pengalaman yang berbeda antara zaman orang tua dengan pasangan zaman now, komunikasi dan dinamika dalam keluarga zaman now pun ikut berubah. Keluarga muda sekarang memiliki tantangan baru dan permasalahan yang sedikit berbeda ketika akan melangkah ke jenjang pernikahan.
“Sebelum menikah, pasangan  muda perlu mengkomunikasikan apa saja hal-hal yang berbeda dalam keluarga masing-masing. Selain ke orang tua, mendekati dan mengkomunikasikan ke teman-teman dekat, juga keluarga lainnya, perlu dilakukan,” jelas Pingkan.

Selain mengkomunikasikan ke luar, mengkomunikasikan visi dan misi pernikahan serta personal value kepada pasangan juga penting. Pasangan juga perlu memulai pembicaraan mengenai peran yang diharapkan ketika menjalani pernikahan nanti. Pertanyaan penting yang harus masing-masing pasangan jawab: Akan menjadi suami/ istri yang sepert apa?

“Kalau berdasarkan hasil survei Closeup, hal paling penting dalam memilih calon pasangan hidup bagi pasangan muda zaman sekarang adalah chemistry secara interpersonal, lalu pertimbangan memilih pasangan yang pemikirannya luas atau openminded, bisa diajak debat sehat atau diskusi, dan visinya sejalan,” ujar Distya Tarworo Endri, Head of Marketing Oral Care Category, PT Unilever Indonesia, Tbk.

Setelah melewati proses menyatukan keinginan dan kenyataan, pasangan juga perlu memahami bahwa untuk melangkah ke jenjang selanjutnya mereka perlu selalu mendukung satu sama lain. Ketika pasangan memiliki relasi yang saling mendukung dan memvalidasi diri, tidak perlu menjadi orang lain demi menyenangkan atau mencocokkan diri dengan pasangannya. Cukup dengan mengeluarkan sisi diri yang paling ideal dari pasangan maupun diri sendiri.

Catatan-catatan penting dari hasil studi Closeup mengenai nilai-nilai dalam memilih pasangan a la generasi zaman now ini telah dirangkum dalam pesan-pesan positif yang disebarluaskan melalui kampanye #SpeakUpforLove. Sebagai langkah awal, Closeup telah merilis tayangan web series di Tiktok dan Instagram @CloseupID tentang tantangan yang dihadapi tiga pasangan muda dalam menjalani hubungan unconventional. Tayangan ini telah ditonton lebih dari 50.000 views, dan telah mendapatkan animo yang sangat positif.

Pada dasarnya Closeup percaya bahwa tidak ada yang mengalahkan kedekatan, selain dengan orang yang kita sayangi. Jadi, kami ingin menginspirasi pasangan muda Indonesia untuk mengubah mutual attraction menjadi action dengan kampanye Speak Up for Love,” ungkap Distya. (f) 


Baca Juga: 
6 Tanda Anda Berada dalam Hubungan yang Toxic, Jangan Terjebak!
Tip Diskusi Masalah dengan Pasangan Tanpa Harus Bertengkar
5 Alasan Berhenti Merasa Iri dengan Pasangan Lain, Agar Hubungan Lebih Bahagia

Laili Damayanti


Topic

#pasangan

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?